Kamis, 06 September 2007

Semangat Toleransi

Semangat Toleransi

"Laws alone can not secure freedom of expression; in order that every
man present his views without penalty, there must be spirit of
tolerance in the entire population. – Hukum pun tak dapat menjamin
kebebasan berekspresi; agar setiap orang bebas mengungkapkan
pandangannya, maka harus ada semangat toleransi di seluruh penjuru
dunia ini."
~ Albert Einstein

Rangkaian kata Albert Einstein mencerminkan sebuah pandangan tentang
arti penting semangat toleransi di dunia ini. Ide untuk membahas
tentang semangat toleransi itu pun muncul begitu saja di dalam benak
saya saat berkunjung ke Istambul pada tanggal 22 Maret 2007 lalu.
Istambul merupakan kota strategis di wilayah Turki.

Dikatakan strategis karena di sebelah utara kota tersebut adalah
benua Eropa, sedangkan benua Afrika di selatannya, sementara benua
Asia berada di sebelah timur Istambul. Letak yang strategis
menjadikan kota tersebut berkali-kali dipilih sebagai ibu kota
negara, di antaranya oleh pemerintahan Roman (330-395), Byzantine
(395-1204 dan 1261-1453), Latin (1204-1261) dan Ottoman (1453-1922).
Kota bersejarah itu juga mendapatkan predikat Joint European Capital
of Culture for 2010 berkat keunikannya.

Istambul lebih mirip kota-kota di Eropa, karena model bangunan di
sana mayoritas bergaya Eropa. Dalam kesempatan tersebut kami sempat
mengunjungi Blue Mosque, Hippodrome Square, Haghia Sophia, Topkapi
Palace, Harem Section, Grand Bazzar, jembatan Bosphorus yang
menghubungkan benua Asia dan Eropa. Kami sangat terkesan saat
melongok kedalam gedung Haghia Sophia, sebuah bangunan yang disebut-
sebut termegah dan terindah sepanjang sejarah.

Di dalam Haghia Sophia kami melihat-lihat lukisan Christus
Pantocrator, orang suci John Chrysostom, lukisan pada batu abad ke-12
yang menggambarkan Maria dan putranya, Raja Johannes Komnenos II dan
Ratu Irene, dan juga mihrab Islam. Kami melihat budaya dari dua agama
itu saling mengisi sejarah mewarnai keindahan dan kemegahan Haghia
Sophia.

Haghia Sophia seakan cermin kecil dari kehidupan kita yang juga
diwarnai kemajemukan agama, ras, budaya, bahasa, suku, bangsa,
kondisi ekonomi dan lain sebagainya. Kemegahan dan keindahannya
menyiratkan begitu penting semangat toleransi atas perbedaan yang
ada. Selayaknya kita mengerti fungsi dan makna toleransi itu sendiri,
agar kita semua dapat hidup dalam keharmonisan dan ketentraman,
sevisi dan misi membangun masa depan yang lebih baik.

Prinsip toleransi menurut saya bukanlah menyamakan perbedaan yang
ada, melainkan kesadaran akan adanya perbedaan. "Your neighbor's
vision is as true for him as your own vision is true for you. – Visi
tetangga Anda tentu benar beginya, sebagaimana visi Anda tentu juga
benar bagi Anda sendiri," kata Miguel de Unamuno. Dengan akal dan
hati nurani karunia Tuhan YME, kita pasti mampu bertindak arif dan
cerdas, yaitu menghayati adanya perbedaan. Sehingga kita mampu
berinteraksi dengan saling menghargai.

Tengoklah contoh realitas yang ada di Rusia, di mana warga muslim di
sana hidup damai berdampingan dengan agama-agama lain. Kehidupan
toleransi yang saling menghargai telah berhasil mempererat
persahabatan berbagai suku bangsa Rusia seperti Tatar, Chechnya,
Inghus, Kabardin, dan Dagestan. Tak hanya itu, semangat toleransi
sangat membantu suku-suku itu melestarikan identitas budaya dan
peradaban masing-masing di antara mereka.

Prinsip toleransi berikutnya adalah tidak mempersoalkan perbedaan.
Sebaliknya, kemajemukan dalam prinsip toleransi justru menjadi sarana
bagi satu sama lain di antara kita untuk memperkaya budaya dan
memajukan kehidupan. "Tolerance can lead to learning something. –
Toleransi dapat membimbing kita untuk mempelajari sesuatu," kata
Jakob Dylan.

Prinsip toleransi juga mengedepankan antusiasme kita dalam berbuat
kebaikan sebanyak mungkin dan meninggalkan perbuatan melanggar hukum
atau kejahatan sejauh mungkin. Tolok ukur sebagai manusia yang lebih
baik atau tidak dalam prinsip toleransi bukan berdasarkan pada
perbedaan. Ukuran manusia dikategorikan lebih baik atau tidak
berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan.

"What is tolerance? It is the consequence of humanity. We are all
formed of frailty and error; let us pardon reciprocally each other's
folly – that is the first law of nature. – Apakah arti toleransi?
Toleransi merupakan konsekuensi atas nilai-nilai kemanusiaan. Kita
semua mempunyai kekurangan dan kesalahan; jadikan masing-masing
diantara kita saling memaafkan satu sama lain – itulah hukum alam
yang pertama," papar Voltaire.

Sebut saja wanita mulia seperti Cheng Yen atau Bunda Teresa yang sama-
sama berjuang atas nama kemanusiaan untuk seluruh umat manusia di
dunia tanpa membedakan warga negara, agama, ras, suku dan lain
sebagainya. Padahal Cheng Yen merupakan tokoh agama Budha yang sangat
disegani di Taiwan, sedangkan Bunda Teresa juga seorang tokoh agama
Katolik terkemuka dari Kalkuta – India. Bukankah kemuliaan mereka
bukan dikarenakan kelebihan dari perbedaan yang mereka miliki? Mereka
menjadi tokoh ternama dan mulia karena semangat toleransi dalam diri
mereka yang lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Perbedaan adalah anugerah terbesar dan terindah dari Tuhan YME kepada
kita. Demikian pula dengan toleransi, "Toleration is the greatest
gift of the mind,…- Toleransi adalah anugrah dari pikiran yang paling
luar biasa," ucap Helen Keller. Di atas segala perbedaan yang ada,
dengan semangat toleransi kita akan mendapatkan manfaat yang jauh
lebih besar dan kemampuan meningkatkan nilai diri kita sebagai
manusia yang berakal dan berhati nurani.[aho]

Sumber: Semangat Toleransi oleh Andrew Ho. Andrew Ho adalah seorang
pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.