Kamis, 19 Maret 2009

MT DISCOURSE - WHAT IS THE MOST IMPORTANT DISCIPLINE?

Dearest Pak Mario Teguh, Ibu Lina Teguh yang anggun

serta seluruh Super member yang baik .

 Salam Super

Senang sekali rasanya masih dapat kembali berjumpa,  lewat untain kata dan deretan huruf yang kami coba suguhkan dalam ruang keluarga yang ramah ini. Semoga keramahan dan kesantunan yang kita rajut menjadi penyebab pencapaian kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan karir dan kehidupan pribadi kita. Amien

 Adalah  saya yang merasa rugi jika tidak ikut serta mengunduh pertanyaan indah Guru kita Bapak Mario Teguh Lewat MT DISCOURSE  kali ini, MT DISCOURSE saya ibaratkan sebuah kail yang coba ditebarkan kepada  5.300 super member  agar lebih  merangsang pemahaman ajaran dan anjuran nilai-nilai baik yang Bapak Mario Teguh sampaikan lewat pelayanan public yang super ini, boleh jadi banyak diantara kita telah menjadikan beliau  penunjuk peta yang mumpuni dalam menapaki perjalanan hidup menuju keberhasilan hidup.

 Bapak Mario Teguh dan Ibu Lina serta Supermember yang penyayang

Sebelum saya menjawab pertanyaan.  saya mengucapakkan banyak terima kasih Bapak Mario Teguh telah mengingatkan kepada kita semua tentang etika dan koidah penulisan dalam ruang MTSC,  ini menjadikan penting bagi kami,  pelajaran yang dapat saya tangkap dari koidah tersebut  diantaranya adalah bagaimana kita bisa mengungkapkan   ide dengan cara yang baik untuk menghargai orang lain “ngewongke orang ”, karena dengan menghargai orang lain berbanding lurus dengan harga diri kita.

 Saya tidak dapat membayangkan berapa banyak super member  yang rindu untuk dapat hadir dalam ruang keluarga ini ,  saya berterima kasih kepada Bapak Mario Teguh dan Moderator lainnya yang dengan sabar mengizinkan tulisan indah hadir, Petuah Bapak , tulisan  dari supermember  bisa memberikan inspirasi dan aspirasi serta mampu menyaringkan  nilai-nilai positip sehingga mengioni jiwa dan raga Kami semua super member membangun pribadi yang disiplinkan diri  dan mendisiplinkan orang lain. Sudahkah saya melakukannya?

 Dalam menjawab pertanyaan Bapak Mario Teguh : Apakah disiplin yang paling penting  bagi pencapaian kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan karir dan kehidupan pribadi kita?

Sebelum saya menjawabnya, saya akan mengucapkan selamat kepada sahabat Super member yang telah memberikan jawaban supernya kepada Ibu Juli Kristina, Ibu Sadrah Rianto, Bapak Samuel Arifin, Bapak Komar Kurniadi dan nama-nama indah lainnya

 Jika kedisiplinan menjadi paling penting  bagi pencapaian kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan karir dan kehidupan pribadi kita maka pertanyaannya apakah yang lainnya menjadi menjadi tidak lebih penting?

 Sahabat super member yang berbahagia

Saya teringat nasehat dari Bapak Mario Teguh :

 Keberhasilan hidup ini tidak ditentukan oleh seberapa rupawan pasangan hidup kita, oleh seberapa besar perusahaan tempat kita bekerja, atau oleh seberapa berlebihan kemampuan yang kita miliki;
 
tetapi ditentukan oleh seberapa rupawan-nya kita menjadikan hubungan kita dengan pasangan hidup kita, seberapa besar kontribusi kita kepada tempat kerja kita, dan seberapa berlebih kemampuan kita untuk menjadikan apa pun sebagai yang terbaik dalam keseharian kita. (Mario Teguh )

Berikut ini jawaban yang dapat saya haturkan  :

Tidaklah menjadi paling penting disiplin bagi pencapain kesejahteraan, kebahagiaan dan kecemerlangan karir dan kehidupan pribadi seseorang,

tetapi seberapa disiplinnya kita menjadikan pentingnya mensejahterakan, membahagiakan dan memcemerlangkan karir dan kehidupan kita.

 Demikian jawaban singkat ini, sebagai perenungan agar bisa lebih mendisiplinkan diri dan orang lain dalam menjadikan lebih penting bagi pencapaian kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan karir dan kehidupan pribadi kita dan  orang lain.

 Semoga jawaban ini dapat menjadi Seperti yang Bapak Mario Teguh sampaikan : Menjadi penjawab Do’a orang lain

 Terima kasih, salam super

  

Muhammad, SM 0771

Claim Health DivisionPT. Asuransi Allianz Indonesia | 08129598682| Employ Benefit

.

._,___

Bila Anda belum menemukan jawaban untuk pertanyaan kehidupan Anda

Dearest Pak Mario dan Ibu Linna Teguh yang anggun,
Bapak Adi Prakosa dan  Super Members  yang baik

 

Saya mengucapkan selamat datang Super Member yang baru saja bergabung semoga menambah semarak dan cantiknya  ruang keluarga yang ramah ini, Semoga email ini menjumpai Anda semua dalam keadaan sehat dan  kekokohan dalam merengkuh   kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan.

 

Lama sekali rasanya tidak menyapa sahabat-sahabat yang Super dan kerinduan seraya  menikmati karunia Tuhan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya,  mungkin tidak hanya saya dan Sahabat juga  berhati sama  ingin selalu kangen-kangenan .

 

Saya teringatkan  sebuah nasehat Bapak Mario  :

Bila langkah-langkah Anda memajukan Anda jauh di depan kami, berbahagialah karena kami akan mengikuti Anda.

Bila Anda berhenti atau terhentikan,
yakinlah bahwa kami akan mendorong Anda untuk menguatkan langkah-langkah maju Anda berikutnya.

Bila Anda tertinggal di belakang,
bergembiralah karena kami akan menarik Anda dan merapihkan jalan maju Anda.

Dan bila Anda sampai terjatuh,
damailah karena kami akan mengangkat Anda.

(Mario Teguh)

Bapak Mario dan Super Member yang baik,  Sebagai sebuah keluarga besar yang santun,  kita paling tidak dihadapkan pada empat  pilihan bagaimana meletakkan posisi  kedirian kita ini. Hal itu  untuk dijadikan   sarana bercermin dalam dan dari sudut mana kita saat ini agar  nampak jelas seberapa  kelas pencapaian kualitas  kehidupan  seberapa cemerlang kah, seberapa sejahterakah dan seberapa bahagiakah diri kita.   

Kebanyakan dari kita ini sering terusik dalam pilihan  salah dan benar dalam meletakkan parameter kedirian seseorang atau orang lain   dengan menjadikannya  standar diri kita atau bahkan sebaliknya dengan kata lain manamungkin mengukur baju orang dengan ukuran baju kita. Kepantasan kualitas hidup dan kuantitas pribadi carut marut dalam dilematika akal pikiran yang kadang kala  sedikit menjauhkan dari pribadi yang semula baik , ada kalanya menuntun kita pada hempasan kesesatan jika tak bertanya hati nuraini.   

Sahabat Super Member yang baik, Bapak Mario pernah  katakan :  Perasaan bahwa dunia ini tidak fair, tidak adil, hanya dirasakan oleh mereka yang merasa bahwa dia memiliki sebuah kualitas yang lebih baik daripada kualitas orang lain ; tetapi Mengapa orang lain itu mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Oleh karena itu jika kita belum menemukan jawaban untuk pertanyaan kehidupan kita,  cobalah untuk bertanya sebenarnya kita ada diposisi dimana dari empat  model kwalitas diri : sebagai oranga yang sudah bisa berlari cepat,  orang yang terhenti atau terhentikan, orang yang ketinggalan dibelakang dan atau orang yang sedang terjatuh.   Karena untuk mendapatkan satu jawaban maka bertanyalah, bukankah sebuah jawaban berinduk dari sebuah pertanyaan.

Semoga apa yang bsaya untai hari ini, menjadi awal pencerahan atas jawaban yang masih terselimuti kabut, semoga berarti buat diri saya dan super member sekalian. Sekali lagi , Saya ucapkan banyak terima kasih pada Bapak Adi Prakosa atas Start Poit ini,

 

Salam super

 

Muhammad, SM 0771

Claim Health DivisionPT. Asuransi Allianz Indonesia | 08129598682| Employ Benefit

 

Rabu, 18 Maret 2009

Caine, Cepot, dan Adin

Caine, Cepot, dan Adin

"I am Caine. I will help You."
-- David Carradine sebagai Caine dalam serial tv `Kung Fu'

NAMANYA Kwai Chang Caine. Siapa dia? Yang jelas dia jagoanlah. David
Carradine adalah aktor yang memerankan si Caine, jagoan kungfu yang
memiliki darah separuh Tiongkok, setengahnya lagi orang Amerika. Di
tahun 1980-an, saban malam Selasa, dia muncul dalam serial dengan
tajuk 'Kungfu'. Berbeda dengan jagoan shaolin yang memiliki
kecepatan dan kekuatan dalam pukulannya, Caine praktis lamban. Namun
dalam sekali gerakan, musuh sudah terpontal-pontal. Kepala benjut.
Kaki dan tangan keseleo. Tapi memang tak ada yang menganggapnya.
Pakaiannya lusuh, rambutnya dibiarkan agak sedikit gondrong. Dia tak
punya rumah, saudara, apalagi pacar. Caine seorang nomaden sejati.
Hanya berteman seruling dan tas yang tak pernah ketahuan isinya.
Siapa sangka, dalam bungkusan yang sederhana bahkan terkesan apa
adanya, dia punya sikap dan perilaku yang luhur. Dengan kemampuan
kungfunya, dia selalu siap menolong orang yang lemah. Tanpa diminta.
Dengan wajah penuh senyum dan tangan terbuka, Caine selalu
mengatakan, "I am Caine. I will help you." Serial Kungfu ini sangat
digemari di negara asalnya, tak aneh kalau serial ini memperoleh
penghargaan sebagai 'award-winning American television series'. Di
Indonesia juga banyak yang demen, walaupun secara koreografi gerakan
seni kungfunya sama sekali tidak menarik. Banyak orang suka dengan
falsafah hidup yang disajikan serial ini. Pas dan mengena.
Kesederhanaan dan ketiadaan bukanlah penghalang untuk memberikan
pertolongan pada orang lain.

NAMANYA Cepot. Tampangnya sama sekali tidak enak dilihat. Jelek
habislah pokoknya. Mukanya merah, giginya nongol. Dandanannya selalu
berbaju hitam, lengkap dengan ikat kepala. Biar pun buruk rupa, dia
selalu menghibur. Lewat tangan dan suara Asep Sunandar Sunarya,
salah satu dalang wayang golek nan kondang, Cepot menjadi ikon di
pertunjukannya, mengalahkan dua saudaranya Dewala dan Gareng. Cepot
tak jelas jati dirinya. Sudah punya isteri atau belum, hobinya apa
pun tak ketahuan. Kerjaannya kalau tidak ngibing alias menari,
paling juga membanyol. Dia juga yang bisa menahan kantuk para
penonton yang bisa bertahan hingga pagi menjelang. Satu gayanya yang
khas yang sulit dilupakannya adalah saat berteriak memohon
pertolongan. "Tulung, tulung, tuluuuuuuuuung", ujarnya sambil
kemudian diikuti dengan gaya cengengesannya. Penonton pun tertawa.
Itulah dua tokoh hiburan yang akrab di benak penonton. Satu bule,
satunya lokal punya. Caine dan Cepot, keduanya digandrungi dan
disuka, dengan ulah dan falsafahnya. Yang satu pandai beraksi, yang
satunya ngebanyol. Kesamaannya hanyalah nilai falsafah hidup yang
tersirat dalam tayangannya. Namun ternyata semuanya menguap. Cepot
dan Caine nyatanya hanya ada di kotak televisi. Adakah berbekas di
dalam dunia nyata?

NAMANYA Adin. Umurnya pun singkat, 46 tahun. Awal bulan Juni ini,
Adin yang bekerja sebagai petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan Kota Bogor, meninggal dunia secara tiba-tiba. Bukan
karena tersambar angkot yang ugal-ugalan. Atau tertabrak motor yang
menerobos lampu merah. Usianya tak lagi bertambah, karena menderita
kelaparan yang sangat. Menurut cerita sang istri, yang dikutip media
lokal, suaminya meninggal akibat menahan lapar tak terperi. Sejak
malam sebelum ditemukan tewas, Adin hanya makan satu kali sehari.
Itu terpaksa dilakukan karena dia harus berbagi makanan dengan
ketiga anaknya, yang juga sama-sama lapar. Gajinya tak cukup untuk
membeli kebutuhan pokok. Mencari jawab dari persoalan ini tentulah
rumit. Para ahli sosiologi pun kesulitan untuk menjawabnya.
Masalahnya kompleks, pertautan berbagai masalah pada akhirnya hanya
laku di seminar atau ruang kuliah. Dalam dunia nyata, duh, takkan
bisa dicari dengan mudah solusinya.

Caine tak mampir di Bogor. Cepot juga tak ada disana. Perut
keroncongan Adin tak sekencang teriakan milik Cepot yang bisa
mengundang perhatian. Adin menahan sakit dan lemas yang tak
terperikan dalam sunyi siang yang terik. Pengendara mobil yang
melintas dan melihat Adin saat bertugas, tak cukup peka untuk itu.
Pemerintah daerah barangkali tak punya uang lebih untuk memberikan
tambahan penghasilan Adin, meski tak ragu menambah dana demi meraih
penghargaan Adipura sebagai kota terbersih. Barangkali saatnya kita
membuka mata dengan keadaan sekitar. Tewasnya Adin telah membuktikan
makin terkikisnya kepedulian berbagi dengan sesama. Nasi bungkus
seharga enam ribu rupiah yang dibutuhkan Adin nilainya sama dengan
yang kita bayar ketika pintu taksi dibuka atau hanya setengah dari
tips yang kita berikan pada pelayan di restoran. Malah harga rokok
yang kita bakar jauh lebih mahal. Menolong atau berbagi terhadap
sesama bukanlah pekerjaan sulit. Tak perlu harus banyak uang. Dengan
membuat orang lain dapat tersenyum dan tertawa di kala hatinya
gundah pun, Anda telah memberikan sesuatu. Menolong dan berbagi
dengan sesama dapat dilakukan dengan banyak hal. Kita perlu belajar
pada sikap Caine dan sedikit demi sedikit mempraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal yang sepele. Menegur
atau memberi tempat duduk pada wanita hamil di dalam bus atau
kereta, misalnya. Jangan ragu juga untuk mengatakan, "Ada yang bisa
saya bantu?", terhadap orang lain yang sekiranya membutuhkan
bantuan. Sepertinya kita harus melatih kepekaan. Sehingga kita jadi
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh tetangga atau pun
teman kantor. Dengan berbagi pun kita bisa belajar dan menghargai
kehidupan itu sendiri, kita mungkin bisa lebih memahami perilaku dan
karakter orang lain.

Sikap bermurah hati tidak hanya menguntungkan bagi mereka yang
mendapatkan pertolongan. Sebuah penelitian menunjukkan, dengan
berbagi terhadap sesama, membuat diri kita menjadi lebih bahagia.
Dengan berbagi, juga menjadikan hidup ini lebih bermakna. Apalagi
dalam keadaan yang serba sulit seperti saat ini yang mendera
sebagian besar masyarakat, sikap berbagi perlu terus digalakkan.
Anda tak akan rugi sedikitpun jika Anda mau berbagi terhadap sesama.
Selain Anda melakukan investasi menabung pahala, Anda juga melakukan
investasi kebaikan yang Anda tanam sendiri. Karena hukum kekekalan
energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia
akan kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan. Ia tak
akan hilang walau Anda telah memberikannya. Jadi bila Anda mengalami
kesusahan, percayalah, akan ada orang lain yang datang dan
memberikan pertolongan. (090608)

Sumber: Caine, Cepot, dan Adin oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal
di Jakarta

__._,_.___

Simfoni di Dalam Diri

Simfoni di Dalam Diri

Ada sebuah institusi sosial yang menyelamatkan peradaban dalam waktu
lama sedang mengalami keruntuhan. Institusi itu bernama keluarga.
Disebut menyelamatkan peradaban karena di keluarga kita lahir,
bertumbuh, menjadi tua, dan akhirnya mati. Lebih dari itu, di
keluarga juga sebagian besar kekurangan disempurnakan.

Bersamaan dengan runtuhnya bangunan keluarga (melalui perceraian,
menurunnya respek masyarakat, dan semakin minimnya tokoh yang
menjadi contoh dalam hal ini), di mana-mana kehidupan ditandai oleh
lingkungan yang semakin panas.

Di kantor panas oleh perebutan kekuasaan, di jalan panas oleh
kemacetan, bahkan sebagian tempat ibadah pun sudah mulai kehilangan
kesejukan. Sejumlah media cetak, radio, dan televisi hanya
memberitakan sesuatu yang panas. Yang sejuk-sejuk tidak termasuk
dalam klasifikasi berita. Jadi, tidak terbayang panasnya wajah
peradaban. Di satu sisi cuaca di luar memanas, di lain sisi keluarga
mulai kehilangan atap yang menyejukkan.

Lahan penerimaan

Ketika sayur-sayuran ditanam kemudian gagal bertumbuh segar, manusia
otomatis mencari sebabnya pada kekeliruan-kekeliruan kita sendiri.
Namun, begitu berhadapan dengan orang lain, terlalu sering dalam
kehidupan, manusia mencari kesalahannya pada orang lain. Bukan
mencari kekeliruan-kekeliruan yang kita lakukan, sebagaimana ketika
berhadapan dengan tetumbuhan.

Diterangi cahaya pemahaman seperti ini, tidak elok bila menimpakan
seluruh kekeliruan kepada Descartes yang mengultuskan "aku" mulai
ratusan tahun lalu, pada kapitalisme yang membuat semuanya jadi
materialistik. Serupa dengan logika sayuran tadi, mari kita cari
sebab-sebab dalam diri yang membuat semua ini terjadi.

Bila diandaikan dengan daun kelapa yang bergoyang, goncangan
kehidupan manusia sekarang memang jauh lebih keras. Bahayanya, sudah
tambah berguncang kemudian berpegangan pada sesuatu yang bergoyang
kencang.

Di dalam diri, manusia labil oleh ketersinggungan, kemarahan,
kecemburuan. Pada saat yang sama, nyaris semua hal luar (termasuk
rumah dan keluarga) mengalami guncangan-guncangan. Oleh karena
itulah, membangun rumah dan keluarga yang sejuk menjadi sebuah isu
penting pada zaman ini.

Sebagaimana rumah sesungguhnya, kekokohannya bergantung pada
seberapa kuat fondasinya. Bila boleh jujur, kenapa fondasi banyak
rumah keluarga demikian keropos, karena dimulai dengan keserakahan
hanya mau kelebihan, menolak kekurangan. Belajar dari sinilah, maka
penting menata ulang rumah keluarga dengan belajar saling menerima
kekurangan.

Rumah mana pun akan indah menawan bila setiap kali pulang ke rumah
kita saling menyirami. Seperti pohon yang kekeringan di musim
kemarau (konflik di kantor, macet di jalan), demikianlah keadaan
emosi tatkala pulang ke rumah. Betapa indahnya kemudian bila kita
saling menyirami di rumah (baca: menerima kekurangan). Inilah bibit-
bibit cinta yang menawan. Cinta yang mekar dari kesadaran bahwa
semua punya kekurangan, semua membutuhkan siraman-siraman.

Mengalir bersama simfoni

Sulit membayangkan mekarnya bunga-bunga cinta kalau hubungan dimulai
dengan harapan orang harus sempurna. Sebagaimana alam yang memeluk
dualitas sama mesranya (musim hujan rumput menghijau, musim kemarau
bunga-bunga bermekaran), cinta baru mulai tumbuh dalam totalitas.
Dalam kelebihan ada kekurangan, dalam kekurangan ada kelebihan (love
as a totality).

Kebanyakan kecelakaan kehidupan (perceraian, peperangan,
perkelahian, kerusuhan) berasal dari mau kelebihan tidak mau
kekurangan. Bila ada seribu laki-laki berkumpul, kemudian ditanya
siapa yang mau menerima kecantikan dan kebaikan istri, kemungkinan
besar semua orang akan angkat tangan. Namun, bila ditanya, siapa
yang mau menerima (maaf) kecerewetan dan kekerasan istri, jika ada
yang menaikkan tangan, dengan mudah dituduh kurang waras. Atau
sekurang-kurangnya dicurigai menjadi ketua dewan pembina ISTI
(ikatan suami terinjak-injak istri).

Di tengah hamparan bahan-bahan kosmik seperti ini, suatu sore
seorang putri bertanya kepada papanya tentang rumah (home), terutama
setelah lama ia lelah mencari. Dengan tersenyum papanya
berbisik, "Home is not a place. It is a journey. Those who totally
flow with the journey, they're at home already." Rumah indah
kehidupan bukanlah tempat, ia adalah perjalanan itu sendiri. Siapa
yang mengalir penuh harmoni dengan keseharian, ia sudah sampai di
rumah.

Seperti belum jelas dengan jawaban tadi, putri ini bertanya lagi,
apa cahaya penerangnya agar rumah ditemukan? Dengan lembut papanya
berbisik, "The light is not outside. It is within your love. Those
who are full of love see light everywhere." Cahaya penerangnya tidak
di luar. Ia tersembunyi dalam keseharian yang penuh cinta. Siapa
saja yang melangkah dengan penuh cinta, perjalanannya terang
benderang.

Lebih dari sekadar terang, sebagaimana pengalaman para master,
kehidupan menjadi seperti simfoni indah yang dibentuk berbagai alat
musik. Benar-salah, sukses-gagal, semuanya mengukir keindahan.

Ada yang bertanya, bila ada simfoni di dalam diri, lantas siapa
dirigennya? Bertanya tentu tidak dilarang. Namun, yang perlu
diwaspadai, siapa yang menunggangi pertanyaan. Kerap ada keraguan,
kadang ada ketakutan, ada waktunya pertanyaan didorong
keingintahuan, sering pertanyaan ditunggangi kecurigaan. Keraguan,
ketakutan, apalagi kecurigaan, hanyalah tanda bahwa seseorang masih
jauh dari rumah. Keingintahuan adalah pikiran yang lapar. Dalam
banyak kehidupan, pikiran lapar adalah awal keguncangan-keguncangan.

Jadi, bisa dimaklumi bila para guru yang sudah lama tinggal di
rumah, menyatu dengan rumah, hanya mengenal dua bahasa, silent and
smile. Senyuman pertanda persahabatan dengan kehidupan. Keheningan
tanda tidak ada lagi yang diragukan.

Mungkin itu sebabnya Zenkei Shibayama memberi judul karyanya A
Flower does not talk. Bunga mekar dalam keheningan, layu dalam
keheningan. Bisa jadi ini juga alasan tatkala murid-muridnya
berselisih paham, Buddha Gautama memilih berdiam diri di hutan
bersahabatkan gajah dan pepohonan. Perhatikan apa yang ditulis Rumi
dalam Masnavi: The wages of religion are love, inner rapture. Upah
buat mereka yang tekun berjalan ke dalam adalah cinta, rasa
terpesona dari dalam yang tidak terucapkan.

Inilah simfoni di dalam diri. Simfoni yang membuat batin
beristirahat sempurna dalam hening. Apa yang ditakuti manusia
sebagai kematian, ia sesederhana daun jatuh dari rantingya.

Sumber: Simfoni di Dalam Diri oleh Gede Prama, Bekerja di Jakarta,
Tinggal di Desa Tajun, Bali Utara

Karakter dan Reputasi

Karakter dan Reputasi

Hubungan antara karakter dan reputasi dijelaskan oleh seorang bernama
John Wooden dengan sangat tepat.
Ia mengatakan, "Be more concerned
with your character than your reputation, because your character is
what you really are, while your reputation is merely what others
think you are". Dengan kata lain, karakter menyangkut innate image
sementara reputasi menyangkut social image. Mengutamakan innate image
ini berarti being true to yourself, jujur terhadap diri sendiri alias
menjadi otentik, yang merupakan jalan satu-satunya untuk dapat
membangun integritas sejati (baca: menjadi manusia yang utuh).

Di era lahirnya––apa yang dengan tepat disebut oleh Yasraf Amir
Piliang sebagai––sebuah dunia yang dilipat (baca: internet), tehnik-
tehnik pencitraan telah menjadi komoditi yang dikonsumsi dengan lahap
oleh siapa saja yang ingin dicitrakan secara positif untuk memperoleh
atau melindungi kepentingan tertentu. Artinya ada upaya untuk
mendahulukan reputasi melalui proses rekayasa yang canggih dan
sistematik, agar citra sosial yang ditampilkan lewat serangkaian
aktivitas public relations dapat membentuk opini publik
tentang "seseorang" atau "sesuatu". Soal apakah reputasi ciptaan itu
sesuai atau tidak dengan realitas dan kebenaran, menjadi urusan nomor
dua.

Dampak yang paling mengerikan dari upaya mendahulukan reputasi
daripada karakter adalah makin suburnya kemunafikan dan kepalsuan.
Hal ini paralel dengan apa yang digagas Stephen R. Covey (1989)
ketika membicarakan dan membedakan antara Personality Ethic dan
Character Ethic. Sebab menurut studi doktoral yang dilakukan Covey,
literatur tentang cara-cara meraih keberhasilan atau sukses––
khususnya di Amerika, tetapi mungkin juga benar secara universal––
mengalami pergeseran dari penekanan kepada usaha membangun karakter
seperti yang dicontohkan oleh Benyamin Franklin, ke penekanan kepada
usaha pengembangan kepribadian.

Di Amerika, selama kurun waktu 150 tahun pertama sejak kemerdekaannya
(1776–1926), fondasi keberhasilan diyakini bertumpu pada Character
Ethic, yakni upaya mengintegrasikan prinsip-prinsip agar menjadi
bagian dalam diri. Integritas, kerendahan hati, kesetiaan, pembatasan
diri, keadilan, kesabaran, kesederhanaan, keberanian, kerajinan,
kesantunan, dan the Golden Rule (berbuatlah kepada orang lain seperti
yang kamu kehendaki orang lain perbuat kepadamu), merupakan hal yang
diyakini sebagai fondasi kokoh bagi keberhasilan sejati. Lalu, pada
50 tahun berikutnya (1926–1976), terjadi pergeseran ke arah
Personality Ethic. Keberhasilan lalu lebih dipahami sebagai fungsi
kepribadian, citra public, sikap dan perilaku, berbagai keterampilan
dan tehnik-tehnik yang memperlancar interaksi hubungan antar manusia.
Dua pola yang mendukung Personality Ethic ini adalah (1) teknik-
tehnik human and public relations; dan (2) ajaran mengenai positive
mental attitude (PMA).

Ajaran Covey mungkin membuat marah para `pengikut' (antara lain)
David J. Schwartz, Napoleon Hill, dan Norman Vincent Peale. Namun
dengan kepala dingin kita dapat menilai bahwa dalam hal ini Covey
benar. Rekayasa citra sangat berpotensi untuk menjadi prostitusi
citra, dan rekayasa sikap positif yang tidak didasarkan pada
paradigma yang lebih baik hanya dapat memberikan perubahan sementara
yang tidak mendasar dan karenanya "kurang bernilai".

Hal ini tidak berarti bahwa social image itu tidak perlu direkayasa,
tetapi hal itu hendaknya tidak dilakukan untuk memanipulasi,
mengaburkan, dan menyimpang dari innate image seseorang. "Tampilan"
diri seseorang atau sesuatu itu harus selaras dan benar-benar
mencerminkan the true self (diri sejati) yang ada "didalam" (innate).
Bila tidak, maka yang terjadi adalah pemalsuan atau twisting of
meaning (pemelintiran makna). Hal ini hanya akan melahirkan orang-
orang munafik yang kata-kata dan perbuatannya saling bertabrakan
sehingga ia tidak dimungkinkan menjadi pribadi yang berintegritas
(utuh).

Character Ethic berkaitan dengan upaya membangun karakter (innate
image), sementara Personality Ethic adalah soal membangun reputasi
(social image). Yang pertama harus menjadi landasan bagi yang kedua,
dan bukan sebaliknya. Yang pertama berkaitan dengan prinsip-prinsip
hidup, sementara yang kedua menyangkut soal gaya hidup. Dan hanya
bila keduanya selaras, maka keberhasilan seseorang dapat menjadi
lestari (sustainable) karena bersifat sejati. Bila tidak, maka
keberhasilan itu ibarat bangunan yang tak berfondasi atau dibangun di
atas pasir. Banjir dan angin topan (baca: krisis) akan
meluluhlantakkan semua itu dalam sekejap waktu. Dan reputasi palsu
atau citra sosial yang dibangun berpuluh tahun akan lenyap seketika
seiring dengan tampilnya `karakter tercela' yang selama ini
disembunyikan.[aha]

Sumber: Karakter dan Reputasi oleh Andrias Harefa. Andrias Harefa
adalah seorang trainer, pembicara publik, dan penulis 30 buku laris.

Jeli Menangkap Peluang

Jeli Menangkap Peluang

The successful man is the one who had the chance and took it.
(Roger Babson)

Ada ungkapan bijak yang patut kita renungkan: "Orang gagal menyia-
nyiakan kesempatan. Orang biasa umumnya menunggu kesempatan. Tapi,
orang sukses menciptakan kesempatan."

Ungkapan itu begitu dekat dengan realitas hidup yang kita jumpai.
Saya mempunyai seorang kawan yang mempunyai rencana bisnis besar dan
cemerlang. Akan tetapi, dia tidak segera mengeksekusi idenya alias
sekadar menunggu.

Dia selalu berdalih bahwa dia membutuhkan waktu (timing) yang tepat
sekaligus mendapat petunjuk 'dari Atas' yang tepat pula. Tapi, apa
yang terjadi? Tahun berganti tahun, kini dia pun masih menunggu momen
yang tepat itu tiba.

Ada kisah lain yang menarik. Saat menjadi pembicara di sebuah seminar
di Kota Samarinda beberapa bulan lalu, ada pengalaman yang mengusik
akal budi saya. Saat itu, kami meluncur melalui kawasan hutan
belantara. Usai berkendaraan selama dua jam lebih, kami berhenti di
sebuah persinggahan yang dikelilingi pepohonan lebat.

Akan tetapi, persinggahan itu tampak ramai oleh pengunjung. Banyak
mobil terparkir memadati halaman depan. Ternyata, di situ ada sebuah
gerai makan yang menyajikan makanan tahu. Tentu saja, gerai ini
memikat para pengendara yang lapar di jalan. Tampaknya, bisnis
tahunya cukup sukses.

Nah, yang menarik bagi saya adalah bagaimana si pemilik gerai makan
ini melihat peluang berjualan tahu enak di tengah hutan belantara
ini. Pasti sudah banyak orang melewati jalanan tengah hutan ini.
Tapi, mengapa hanya si pemilik gerai yang melihat adanya peluang ini.
Sebuah pertanyaan yang menggelitik.

Mari kita tengok kisah sukses lainya. Bisnis minuman kemasan Aqua
sukses menjadi market leader lantaran sosok Tirto Utomo yang pertama
kali melihat peluang tersebut. Semua orang mengalami haus dan butuh
air. Tapi, mengapa Tirto Utomo melihat fenomena biasa itu sebagai
peluang?

Ada juga sosok dunia bernama Jeff Bezos. Kita tahu ada begitu banyak
orang yang mengharapkan dan membeli buku melalui Internet. Namun,
mengapa hanya Jeff Besos yang melihat peluang ini? Nah, ada banyak
kisah sukses lainnya yang berawal dari kepekaan menangkap peluang.

Yang jelas, dari beberapa orang yang sukses tadi, rata-rata mereka
memprogram dirinya untuk melihat peluang dan kesempatan di mana-mana.
Lantaran matanya tertuju kepada sesuatu yang baik, otaknya pun
memengaruhi dirinya untuk mencari dan melihat peluang kapan pun dan
di mana pun.

Ada seorang pelatih dari luar negeri yang menjelaskan fenomena itu
dalam sebutan mental kaya dan mental miskin. Baginya, seorang dengan
mental miskin apabila sedang bepergian, matanya selalu tertuju kepada
apa saja yang bisa dibelinya. Sebaliknya, orang yang bermental kaya
justru akan mengarahkan matanya untuk melihat barang-barang serta
bisnis apa yang bisa dijual dan dijalankannya.

Stochoma

Secara fisiologis, ada istilah stochoma. Istilah ini mengacu pada
realitas di mana mata kita mempunyai daerah buta karena mata kita
hanya diarahkan untuk melihat bagian-bagian tertentu.

Satu contoh terjadi saat Anda membeli mobil baru. Usai membeli mobil
baru, Anda melihat banyak sekali mobil yang sama di jalan. Bukankah
mobil itu sudah ada sebelum Anda membeli mobil tersebut. Apakah gara-
gara membeli mobil baru, mendadak semua orang di jalan juga
menggunakan mobil merek dan tipe sama dengan mobil yang Anda beli?
Tentu saja tidak demikian.

Sebenarnya, masalahnya sederhana. Mata Anda yang tadinya buta dengan
mobil-mobil itu, tiba-tiba dibukakan untuk melihat mobil-mobil
tersebut. Kebutaan sementara inilah yang disebut dengan stochoma.

Tentu saja, ada akibat buruk stochoma bagi kehidupan kita keseharian.
Kita bisa menjadi buta terhadap berbagai peluang dan kesempatan yang
terpampang di depan mata kita. Percayalah, peluang dan kesempatan
datang menghampiri kita timbul tenggelam setiap hari.

Namun, mata kita sering dibutakan untuk tidak melihat peluang dan
kesempatan itu. Susahnya, semua peluang dan kesempatan itu
selalu 'menyamar' dalam bentuk orang-orang dewasa, kejadian biasa,
ataupun situasi umum, sehingga tidak mudah kita kenali.

Hal ini mengingatkan saya kepada satu hadiah masa kecil yang pernah
saya peroleh dari luar negeri, yakni 'Find Walley' di mana kita harus
mencari si "Walley" dalam sebuah gambar besar dengan warna dan
pemandangan yang warna-warnanya mirip dengan bajunya "Walley",
sungguh sulit dicari kalau tidak teliti.

Nah, saya pikir begitulah situasi kesempatan dan peluang yang muncul
di depan kita. Kejelian dan keinginan yang luar biasa dibutuhkan
sehingga kita bisa melihat, saat si "Walley" kesempatan itu muncul di
hadapan kita.

Eksperimen

Ada suatu eksperimen menarik yang dilakukan di suatu universitas di
mana para sukarelawan diminta menyaksikan suatu tayangan TV. Tugas
mereka ditekankan di awal, yakni menghitung berapa banyak para pemain
basket yang mereka saksikan saling mengoper bolanya.

Tanpa disadari para sukarelawan itu, di tengah-tengah tayangan
tersebut, muncul manusia berkedok gorila yang memukul-mukul dadanya
lalu menghilang. Setelah tayangan selesai, para sukarelawan ini
ditanyai apakah mereka melihat sesuatu yang aneh dalam tayangan
tersebut. Ternyata, banyak di antara mereka yang luput dari
menyaksikan kehadiran gorila tersebut.

Pertanyaan yang menarik adalah bagaimana mungkin gorila sebesar itu
luput dari perhatian mereka? Apa yang menyebabkan hal tersebut
terjadi? Begitulah, seperti penjelasan kita pada atas, para
sukarelawan ini baru saja mengalami stochoma, kebutaan sementara.

Masalahnya, pikiran mereka begitu sibuk menghitung berapa kali bola
itu dioper sehingga tidak bisa melihat kehadiran si gorila. Bukankah
fenomena semacam ini sering terjadi dalam kehidupan kita? Banyak
pengalaman menunjukkan saat-saat di mana kita juga seperti itu.
Berbagai kesibukan ataaupun pikiran kita, kadang juga 'membutakan'
kita dari berbagai peluang dan kesempatan emas yang hadir di depan
kita.

Karena itulah, tulisan ini menantang kita untuk lebih waspada serta
mulai melatih ulang fokus pikiran kita. Untuk itu, perlu sekali bagi
kita untuk bersiap-siap dengan apa pun yang muncul di depan kita.

Di sisi lain, kita sendiri harus mulai melatih mata kita untuk
melihat berbagai peluang dan kesempatan yang muncul di depan kita.
Seperti dikatakan oleh Donald Trump dalam salah satu episode The
Apprentice di mana dia mengajarkan para kandidat pengelola
perusahaannya untuk 'membuka mata' melihat apa pun peluang bisnis
yang mungkin ada di depannya.

Menurut Trump, insting seperti itulah yang dia warisi dari ayahnya
dan dia latih sehingga mampu mengembangkan kerajaan bisnisnya.
Bahkan, dia mengembangkan produk air mineral dengan gambar dirinya
sendiri.

Jadi, maukah mulai sekarang Anda melatih mata Anda melihat peluang
yang mungkin sedang bersliweran di depan mata Anda saat ini?

Sumber: Jeli Menangkap Peluang oleh Anthony Dio Martin, Managing
Director HR Excellency

Memulai Sesuatu yang Baru

Memulai Sesuatu yang Baru

"Jangan pernah mengatakan tidak bisa.
Katakan bahwa Anda bisa dan
akan melakukannya, lalu lakukan."
-- Jamiesa Turner, usia 12 tahun

BEBERAPA jam sebelum shalat Jumat dimulai, sebuah mobil Ford Escape
berwarna hijau berhenti di depan Masjid di daerah Kebayoran Baru.
Tempat yang dituju untuk parkir pun tidak berubah, selalu disitu,
disisi pohon rindang persis di tikungan. Pada awalnya banyak yang
mengira, bahwa sang pemilik mobil akan melakukan ibadah shalat Jumat
seperti biasa. Dugaan itu sebenarnya tidak meleset. Hanya saja ada
kegiatan lain yang dilakukan sang pemilik mobil tersebut. Apa itu?
Bagasi mobil belakang pun segera dibuka setelah mobil tersebut
berhenti. Seorang wanita muda mencoba berkemas-kemas mengatur letak
beberapa keranjang dan wadah. Nasi kebuli yang semerbak harumnya
sudah tercium beberapa meter itu pun, siap untuk dijual.

Berjualan nasi kebuli? Betul. Pemandangan baru ini memang baru
terlihat beberapa bulan terakhir ini. Berjualan nasi kebuli mungkin
bukan sesuatu yang aneh. Tetapi bila menggunakan mobil mewah sebagai
alat berjualannya, mungkin terlihat tidak biasa. Karena mobil
tersebut boleh dibilang menggunakan cc besar yang tentu saja memakan
bahan bakar cukup banyak. Sang pemilik mobil tentu saja sudah
mengetahui hal ini. Ia sesungguhnya hanya memanfaatkan waktu yang
ada. Idenya sungguh kreatif. Tujuan utamanya beribadah tidak
ditinggalkannya, tetapi juga dapat mengeruk keuntungan dari hasil
berjualannya. Karena toh, ia datang beribadah ke Mesjid tersebut
juga dengan menggunakan mobil tersebut. Lariskah jualannya? Sebelum
jam satu siang atau kira-kira setengah jam setelah shalat Jumat
selesai, dagangannya habis tak tersisa. Banyak pembeli yang memesan
dibungkus untuk dimakan di rumah atau dikantor. Ide kreatif sang
pemilik mobil untuk berjualan nasi kebuli merupakan sebuah gagasan
yang cemerlang. Praktis disekitar lokasi tak ada saingan yang juga
berjualan nasi kebuli. Sang pemilik mobil dinilai mampu membaca
situasi dan melihat peluang.

Ide kreatif atau munculnya hal-hal baru, biasanya berkaitan dengan
lingkungan sekitar, baik di rumah atau tempat pekerjaan. Seorang
editor sebuah koran nasional terbitan Jakarta, setelah menjalani
hidup yang semakin hari dirasakannya semakin sulit, mencoba mencari
jalan lain untuk mengurangi beban hidupnya. Ia pun memutuskan untuk
menjadi loper koran dan majalah. Tugas utamanya mengedit dan menulis
artikel-berita tetap dijalankannya dengan penuh tanggungjawab. Hanya
saja, ia juga mendapat pekerjaan baru, yaitu menerima, mengirimkan,
dan mendistrubusikan koran dan majalah ke berbagai tempat di wilayah
sekitar rumahnya. Kolega dan jejaring dengan kawan-kawannya yang
berkecimpung di dunia surat kabar dan majalah, ia manfaatkan secara
positif untuk mengembangkan usahanya. Usaha yang digeluti sang
editor sudah berjalan selama tiga tahunan. Berapa penghasilannya
dari usaha sambilannya ini? Ternyata setara dengan gajinya saat ini
sebagai editor yang masih tetap ia jalankan.

Anda pun sebenarnya dapat melakukan hal yang sama, bertindak
kreatif, seperti yang dilakukan sang penjual nasi kebuli atau loper
koran tersebut. Anda tak perlu menjadi orang yang sangat spesifik
atau unik, apalagi jenius untuk menjadi kreatif. Dalam keadaan sulit
seperti saat ini, tindakan-tindakan yang memunculkan ide-ide baru
dan kreatif merupakan sebuah gagasan cemerlang.

Bagaimana agar kita dapat memulai sesuatu yang baru atau dapat
memunculkan ide-ide kreatif? Otak Anda tentunya juga tak dapat
secara ujug-ujug mengeluarkan sebuah ide baru. Cring, seperti bunyi
lampu bohlam yang tiba-tiba muncul di kepala Anda begitu Anda
mendapat ide baru. Selalu ada proses. Pikiran yang kreatif,
timbulnya ide-ide baru, gagasan yang cemerlang, muncul bukannya
tanpa sebab akibat. How come? Lihatlah sekeliling Anda. Buka mata,
pasang telinga. Banyaklah membaca, tontonlah acara diskusi
interaktif di layar teve. Lalu, berdiskusilah dengan kolega dan
teman kerja, serta berinteraksi dengan tetangga. Juga, datangilah ke
tempat-tempat yang bisa mencerahkan Anda, ke toko buku, ke meseum,
atau kemana saja yang Anda suka. Dengan banyak melakukan aktifitas-
aktifitas seperti itu, otak Anda akan terus terlatih untuk
berpikir, dan terus berpikir. Ide-ide baru pun nantinya diharapkan
akan muncul.

Begitu ada ide baru muncul, segera rekam hal tersebut. Mencatat
adalah hal yang paling mudah untuk merekam. Tulislah di agenda atau
buku kerja Anda. Lagu Yesterday yang kesohor itu, diciptakan oleh
Paul McCartney ketika ia bangun tidur. Coba seandainya McCartney tak
segera menuliskannya setelah bangun dari tidurnya, mungkin saat ini
kita tak akan pernah mendengar lagu legendaris tersebut.

Tak selamanya pikiran, emosi dan jiwa Anda sedang dalam keadaan
mood yang baik. Ada saat-saat Anda mengalami kejenuhan. Bila
pikiran Anda lagi bete atau hang, istirahatlah sejenak dan kerjakan
sesuatu yang sifatnya rutin. Misalnya, mencuci pakaian, mencuci
piring, menyiram tanaman, atau hanya berolahraga ringan dengan
berjalan sekeliling rumah atau kantor Anda. Pekerjaan ini akan
membuat pikiran pragmatis Anda menjadi sibuk.

Selama manusia bisa berpikir dengan baik, maka dia dapat melakukan
hal-hal yang kreatif. Selama itu pula ia akan selalu mencari jalan
lain atau mencoba memulai sesuatu yang baru. Kreatif tidak lebih
dari suatu proses berpikir dalam menghasilkan sesuatu. Menghasilkan
bukan berarti dari yang tidak ada menjadi ada. Menghasilkan sesuatu
yang baru dapat berarti memulai sesuatu yang 'baru tapi lama',
mengubah bentuk yang sudah ada, memunculkan kembali sesuatu yang
dulu pernah ada, dan tentu saja, juga menemukan sesuatu yang belum
ditemukan oleh orang lain.

Bagaimana kalau kita melakukan suatu hal baru tersebut tapi ternyata
gagal? Hal yang patut diingat ialah, jangan takut untuk melakukan
kesalahan. Bisa saja Anda merasa menemukan ide atau gagasan baru,
kemudian Anda langsung mencobanya. Dan ternyata gagal atau kurang
berhasil. Tidak masalah. Dalam hal ini Anda dapat belajar dari
kegagalan tersebut. Proses pembelajaran dalam hal ini sedang Anda
jalani.

Jangan ragu untuk memulai sesuatu. Yang penting Anda percaya diri.
Siapapun mempunyai kekuatan untuk menjadi kreatif dan memulai
sesuatu yang baru. Begitu pula Anda. (020608)

Sumber: Memulai Sesuatu yang Baru oleh Sonny Wibisono, penulis,
tinggal di Jakarta.

Jiwa Harmonis Bisa Mengubah Dunia

Jiwa Harmonis Bisa Mengubah Dunia

Meski peringatan Hari Perempuan Sedunia telah berlalu, gemanya masih
hangat, apalagi tayangan televisi dan media cetak kita kembali
mengisinya dengan kisah tragis, seorang ibu di Bekasi, Jawa Barat,
tega membenamkan dua buah hatinya di bak penampungan air di kamar
mandi. Padahal, kita belum hilang terkejutnya dengan kisah se-orang
ibu di Bandung yang juga membunuh tiga anaknya, dan di Pidie, Aceh,
seorang ibu juga membunuh tiga putra putrinya.

Ironisnya, semua dilakukan dengan dalih kesulitan ekonomi. Kisah-
kisah memilukan yang tidak bisa dicerna akal sehat, bagaimana
seorang ibu tega menghilangkan nyawa anaknya sendiri. Seperti
sindiran karikatur yang pernah dimuat di harian ini, binatang buas
pun tidak membunuh anaknya begitu saja.

Apakah kita bisa mencegah peristiwa-peristiwa memilukan ini terjadi?
Apa yang bisa kita lakukan untuk hal ini? Dengan menghukumnya dan
memenjarakannya, perempuan yang tidak ikut bunuh diri, setelah
melakukan pembunuhan terhadap anak-anaknya, apakah akan bisa membuat
jera ibu lain untuk tidak melakukannya?

Tentu saja jawabannya tidak! Sebab peristiwa terjadi secara
individu, lain dengan kejahatan seperti mencuri atau lainnya, yang
bisa dijadikan contoh pelajaran untuk calon pelaku lain dengan
menciptakan efek jera, dan berbagai hukuman berat.

Bersamaan dengan tayangan berita seorang ibu di Bekasi yang
membenamkan dua anaknya, kemudian ditayangkan pula seorang ibu di
Surabaya yang terlihat lemas sehabis melahirkan ditangkap, dan
ditanyai polisi. Kenapa begitu tega berminat menjual bayi kembarnya?

Menyedihkan dan ironis sekali, hukum di negara kita. Jika seorang
ibu dengan kesadaran ingin mengubah nasib anaknya, untuk diadopsi
oleh orang yang dianggap lebih mampu menghidupi anaknya, maka jika
ketahuan aparat pasti diciduk, dihakimi sebagai penjual anak
sendiri. Masyarakat lalu mencemoohnya sebagai seorang ibu yang tega
menjual anaknya sendiri.

Masyarakat tidak mau tahu, betapa rumitnya pikiran seorang ibu yang
sadar, anaknya akan menderita jika terus bersamanya, kemiskinan yang
sangat. Orang lain tidak akan mengerti betapa pedihnya seorang ibu
menghadapi ratapan lapar mulut mungil, orang lain tidak akan pernah
mengerti, bagaimana pilunya seorang ibu mendekap anaknya yang sakit
keras, tanpa bisa menolongnya untuk berobat ke rumah sakit. Kita
juga baru saja terkejut dengan berita dari Makassar, yaitu seorang
ibu hamil tujuh bulan yang meninggal bersama anak balitanya, karena
kelaparan.

Dualitas Jiwa Perempuan

Kekuatan dan ketahanan mental seseorang, bukan diukur dari kekuatan
atau ketangguhan dalam hal jasmani seseorang, melainkan
diperhitungkan dalam hal pandangan atau pikiran seseorang terhadap
masalah yang dialaminya. Di sinilah kekuatan mental sedang diuji,
apakah kita dapat menyelesaikannya dengan sikap positif atau
sebaliknya, dan kita akan melihat hasilnya.

Perempuan, bisa dikatakan gabungan antara dualitas elemen, yaitu
sosok kepatuhan dan pemberontakan, kelembutan sekaligus kekerasan,
makhluk yang mampu mengerjakan sesuatu yang tidak disukainya dengan
sepenuh hati. Makhluk yang mampu merawat dengan telaten sesuatu yang
dia benci, dan melihat kenyataan terakhir, dari kisah-kisah
pembunuhan yang dilakukan seorang ibu, maka lengkap pula jika
dikatakan sebagai mahluk yang bisa membunuh orang yang sangat di-
cintainya.

Depresi saat ini menjadi penyakit dunia modern, angka bunuh diri
atau membunuh orang lain, sekarang meningkat pesat, dan menurut
penelitian, perempuan lebih rentan mengalami depresi, mungkin ini
terjadi di mana perempuan lebih bermain dengan perasaannya,
dibandingkan dengan pria yang lebih mengandalkan logikanya dalam
menghadapi, dan menjalani situasi-situasi yang datang dalam
kehidupan.

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama saat ini. Sebuah
keluarga akan menanggung akibatnya, jika ada anggotanya yang
depresi, demikian juga yang terjadi di kantor, di perusahaan, dan di
lingkup luas sebuah negara.

Sebab, orang yang menderita depresi menurun daya kreativitasnya,
juga produktivitas daya hidupnya, tentu hal ini sangat mengganggu
dalam kemajuan masyarakat, sehingga jika angka penderitanya semakin
banyak, tidak tertutup kemungkinan sebuah negara akan terus mundur
dalam segala aspek.

Depresi terselubung (masked depression) merupakan penyakit dunia
modern yang saat ini, sangat banyak penderitanya, yaitu gejala yang
muncul ke permukaan berupa keluhan-keluhan fisik (somatic), maka
para dokter banyak dibanjiri pasien yang tidak diketahui
penyakitnya, diketahui dalam pemeriksaan laboratorium didapat hasil
yang normal, di sinilah diharapkan kepekaan para dokter, untuk
mengarahkan pasien-pasien ini ke terapi kejiwaan, karena kemungkinan
mereka penderita awal dari depresi yang akan terus bertambah parah.

Kasih Sayang

Seorang yang kuat dan sehat jiwanya, bisa saja dia jatuh dalam alam
depresi jika tidak bisa mengatasi stressor (pemicu ketegangan) yang
datang dalam derap kehidupannya. Perasaan gagal memenuhi rasa aman
untuk diri sendiri dan orang yang dicintai. Perasaan gagal
mendapatkan dan memenuhi kasih sayang. Didera perasaan bersalah pada
diri sendiri.

Ambisi atau keinginan kuat, obsesi-obsesi yang tak terpenuhi.
Perasaan minder atau sebaliknya, yaitu perasaan 'super' sama-sama
sebagai bentuk pemicu depresi. Akibat terburuk dari depresi,
biasanya terjadi dalam bentuk agresi, yaitu suatu reaksi terhadap
frustrasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan psikologisnya.
Agresi hiper salah satu contohnya menjadi sosok penyerang, baik
dalam bentuk verbal maupun nonverbal, agresi hipo salah satu
contohnya, sikap yang selalu mengalah, dan menarik diri.

Stres berkepanjangan membuat emosi labil, jantung berdenyut lebih
cepat karena darah harus dipompa lebih aktif dan otot di seluruh
tubuh menjadi tegang, inilah awal keluhan-keluhan fisik, yang jika
dibiarkan berkepanjangan, bisa menyebabkan depresi.

Pada penderita depresi pemula, gejala umum yang sering terlihat,
adalah menjadi pemurung. Orang itu selalu merasa tidak bahagia,
pesimistis terhadap masa depan atau terhadap orang yang diharapkan,
mudah tersinggung, sering melamun, mengerutu, serta kehilangan
kepercayaan diri. Mulai menarik diri dari lingkungan, bersikap masa
bodoh terhadap lingkungan, serba cemas, berpikir negatif terhadap
orang lain, (paranoid), mulai malas bicara, bisa juga mudah tegang,
dan emosi sangat mudah terpancing untuk meledak dalam bentuk
ekspresi marah menangis, atau berteriak.

Jika kita mengalami beberapa keluhan perasaan di atas, dan merasakan
fisik selalu tidak nyaman, ada saja keluhan sakit yang tidak jelas.
Cobalah membuat gerakan untuk keluar dari gejala depresi ini, yaitu
dengan menyadari keadaan mental sendiri, menerima diri apa adanya,
jauhkan sikap selalu membandingkan diri dengan orang lain, mulai
menyadari/menyelidiki trauma yang menjadi pemicu/ penyebab
terjadinya gangguan perasaan ini, mulailah mengerahkan kecenderungan
alamiah pada nilai yang positif dan pikiran yang membangun. Jika
tidak mampu mengatasi sendiri, carilah pertolongan psikolog atau
psikiater

Jelas sekali setiap orang membutuhkan keharmonisan jiwa, tapi
pertanyaannya bagaimana bisa meraihnya? Carilah teman yang
membangun, milikilah sahabat tempat berbagi. Sahabat adalah tempat
berbagi suka atau duka, dengan saling menjaga dan percaya akan
keajaiban kasih sayang, dengan keterbukaan merupakan awal pemulihan.

Sumber: Jiwa Harmonis Bisa Mengubah Dunia oleh Lianny Hendranata

Mental Buruk Membanding-bandingkan

Mental Buruk Membanding-bandingkan

Salah satu kebiasaan buruk masyarakat kita adalah penyakit
membanding-bandingkan. Coba perhatikan saat orang sedang bergosip
ria. Anda pasti akan mendengarkan orang yang doyan membangga-
banggakan dan membanding-bandingkan satu sama lain. Selain itu,
beberapa acara di TV juga kentara sekali memamerkan dan membanding-
bandingkan satu selebritas dengan selebritas lainnya.

Memang tidak selamanya buruk. Semangat membandingkan dengan orang
lain, membuat kita sadar bahwa ada orang yang lebih baik dan lebih
berhasil daripada kita. Namun, sikap membanding-bandingkan punya
akibat yang buruk bagi perkembangan mental apabila tidak diimbangi
dengan mentalitas yang konstruktif.

Pertama, sikap membanding-bandingkan membuat kita seperti 'minum
dari air laut'. Jadi tidak pernah ada puas-puasnya, malahan kita
semakin kehausan hingga akhirnya kita kelelahan sendiri.

Saya mengenal seorang pria yang selalu berkompetisi dengan kakak dan
adiknya. Padahal, secara finansial hidupnya sebenarnya pas-pasan.
Namun, demi menjaga gengsi di mata orang tua ataupun adik-adiknya,
dia terus berusaha mengimbangi bahkan melebihi adik dan kakaknya
secara material. Akhirnya, semua itu membawa dirinya menjadi
berutang yang cukup banyak.

Kedua, sikap membanding-bandingkan membuat kita berada dalam sebuah
herarki yang tidak ada putusnya. Saat Anda merasa iri dengan
supervisor Anda, mungkin si supervisor Anda pun merasa iri dengan
manajernya. Lalu si manajer iri dengan direkturnya. Si direktur ini
pun iri dengan direktur yang lain. Demikianlah, semua ini tidak
pernah ada putusnya.

Ketiga, mentalitas membanding-bandingkan membuat energi emosi kita
lebih banyak dihabiskan untuk hal-hal yang justru negatif. Misalkan
saja, melihat rekan ataupun teman Anda yang lebih berhasil, Anda pun
jadi merasa iri, sebel, cemburu, dan marah. Reaksi semacam ini
membuat kebanyakan orang justru terjebak dalam energi yang negatif,
seperti berusaha mencari-cari kekurangan orang tersebut. Bahkan, ada
yang berusaha mengalahkan dengan cara yang tidak pantas.

Bagaimanakah tipsnya agar kita tidak terjebak dalam sikap membanding-
bandingkan yang negatif dan akhirnya justru membenamkan potensi diri
kita sendiri?

Standar sendiri

Pertama, bangunlah standar Anda sendiri. Dalam pelatihan dan
seminar, saya tidak bosan-bosannya mengatakan kalimat yang
terinpsirasi dari kisah hidup banyak orang sukses, "Saya tidak
membandingkan diri saya dengan orang lain. Namun, saya punya standar
kesempurnaan yang saya kejar terus-menerus sepanjang saya masih
punya napas". Itulah semangat yang dikatakan Donald Trump ataupun
Andy Groove, orang yang berjasa sekali membesarkan Intel.

Kedua, sadarilah saat Anda membanding-bandingkan diri dengan mereka,
mereka pun membanding-bandingkan dengan Anda. Saya pernah mengalami
pengalaman menarik tatkala masih pada awal karier saya sebagai
pembicara dan penulis.

Saya sangat mengagumi seorang penulis dan pembicara yang sangat
produktif. Suatu ketika, saat ketemu, dia pun ternyata mengatakan
dia merasa iri dengan beberapa aspek pencapaian dalam kehidupan
saya. Saya pun akhirnya sadar, ini bagian dari permainan kehidupan
yang mesti kita sadari.

Kita akan selalu membanding-bandingkan. Kamu hebat di mana, kamu
punya apa, dan seterusnya membentuk suatu daftar panjang yang tidak
akan berhenti. Karena itulah, satu-satunya cara adalah tidak
membanding-bandingkan dan tidak melihat orang lain dengan perasaan
iri. Ingatlah, belajar dari kisah saya di atas, mungkin dia sendiri
pun sedang melihat Anda saat ini dengan irinya.

Ketiga, setop membanding-bandingkan dan belajar untuk bersyukur
dengan apa yang kita capai saat ini. Selama kita sadar bahwa kita
telah berusaha secara maksimal dan inilah yang mampu kita capai,
belajarlah bersyukur atas apa yang boleh kita nikmati.

Kita tidak perlu khawatir ataupun risau dengan apa yang mereka
miliki. Sejauh kita tetap mengembangkan diri kita, tetap dengan
rajin dan gigih mau berjuang, saya percaya kita akhirnya akan
menikmati seperti yang orang lain nikmati. Namun, kita tidak boleh
merasa iri. Memang, pada akhirnya setiap orang sudah punya path
(jalannya) sendiri-sendiri.

Ada yang jalannya lebih cepat, ada yang lebih perlahan. Namun, kita
tak perlu iri apalagi marah dengan 'rumput tetangga yang tampaknya
lebih hijau'. Belajar terima kondisi 'rumput' kita saat ini tetapi
rajin-rajinlah merawat dan melihat serta mengembangkan kondisi
rumput kita. Mungkin suatu ketika, rumput kita pun akhirnya akan
sehijau rumput tetangga. Bahkan, mungkin lebih bagus.

Keempat, kalaupun ingin membanding-bandingkan, bandingkanlah dengan
dirimu sendiri. Cobalah lihat apakah kehidupan Anda secara umum ada
kemajuan dan perkembangan yang lebih baik? Secara spiritual,
finansial, karier, emosional, mental (pengetahuan) atau hubungan
sosial, bagaimana perkembangannya?

Hal ini akan lebih positif dan lebih baik untuk memotivasi Anda
menjalani grafik yang semakin menanjak dalam kehidupan Anda. Di sisi
lain, energi yang dipakai juga energi positif.

Akhirnya, kalaupun Anda masih terobsesi dengan orang lain, lihatlah
bukan dengan kacamata perasaan iri, marah, ataupun sebel. Namun,
dengan kacamata ingin tahu bagaimana caranya Anda bisa mencontoh apa
yang mereka lakukan sehingga Anda pun bisa sesukses mereka-mereka
ini. Dengan demikian, cara membandingkan Anda disertai dengan sikap
dan emosi yang positif.

Sumber: Mental Buruk Membanding-bandingkan oleh Anthony Dio Martin,
Managing Director HR Excellency

Jiwa yang Sehat Dobrak Belenggu

Jiwa yang Sehat Dobrak Belenggu

Saat kita berkaca di cermin kamar dan memandang bayangan yang ada di
dalam cermin itu setiap hari, mungkin kita tidak akan asing lagi
mengenali wajah tersebut. Ya, memang karena pantulan yang ada di
dalam cermin itu adalah wajah yang tidak lain adalah diri kita
sendiri.

Akan tetapi, sudahkah kita mengenali wajah itu sampai kedalamannya
kejiwaan dan hati yang ada? Pernahkah kita diam sejenak dan memutar
pikiran kita, membuka hati kita untuk mencari apa yang harus saya
ubah hari ini, apa yang saya lakukan sudah baik untuk diri saya
maupun orang-orang di sekitar saya?

Apakah saya masih merasa hidup ini sangatlah berarti untuk dijalani?
Atau apakah saya memiliki belenggu yang ada di dalam hati saya dan
saya belum menemukan kuncinya?

Seperti sebuah gembok yang sulit dibuka, karena bukan telah rusak,
tetapi hanya kuncinya tidak tepat. Gembok itu adalah sesuatu yang
membelenggu, sesuatu yang menghambat dan kita sulit untuk
melepaskannya.

Gembok juga berarti sesuatu yang membuat kita menjadi
tidak "produktif''. Gembok pasti memiliki kunci yang tidak
sembarangan untuk membukanya, dengan kunci-kunci yang luar biasa
hebat juga barulah gembok tersebut dapat terbuka benar?

Saya percaya, bahwa ada beberapa tipe-tipe gembok untuk dibuka, ada
yang mudah ada pula yang sulit, bergantung pada tingkat keamanannya.
Dan saya sangat percaya, kehidupan kita juga seperti sebuah gembok
dan kunci, gembok yang membelenggu kehidupan kita, gembok yang
membuat kita tidak dapat menjadi orang yang maksimal dalam
arti, "orang sulit".

Mari kita buka gembok itu. Bagaimana caranya? Tetapi, ingat hanya
Andalah orang yang dapat menemukan bagaimana cara terbaik untuk
membukanya, karena itu adalah gembok pribadi anda dan hanya Anda
yang memiliki kuncinya.

Tentu anda akan bertanya? Apakah saya masih memiliki sebuah gembok
yang membelenggu? Apakah yang membelenggu saya? Dengan apakah lagi
yang harus saya buka?

Pertanyaan ini mungkin bisa saja dilontarkan, karena beberapa
kondisi juga. Karena saya sudah cukup hidup baik dan jauh dari kata
sulit, saya cukup enjoy, jauh dari perselisihan dengan orang lain.
Mungkin Anda merasa sudah cukup baik bahkan sempurna dalam hal-hal
emosional Anda, mungkin sudah memiliki intrapersonal yang baik
dengan orang lain. Akan tetapi, arti kata "cukup" berarti masih ada
sedikit yang tersisa benar?

Temukan dan tuntaskan hal-hal sisa tersebut. Masihkah Anda merasa
sulit untuk melupakan masa lalu, masihkah Anda kurang berani dalam
membuat keputusan dan bertindak, masihkah Anda sulit untuk berkata
jujur pada diri sendiri ataupun orang yang Anda sayangi, ataukah di
dalam diri Anda sendiri, Anda justru merasa "saya sepertinya terlalu
banyak kekurangan" dan sedikit saja kelebihan saya dibandingkan yang
dimiliki orang lain.

Kunci yang dimaksudkan adalah kunci bagaimana Anda meraih
kebahagiaan sejati, kunci bagaimana Anda bangun pada pagi hari
selalu bersemangat dan termotivasi untuk melakukan hal-hal yang
sudah menjadi rutinitas hidup Anda, dan kunci untuk melepaskan
segala kekhawatiran Anda dan melakukan apa yang seharusnya Anda
lakukan sekarang dan tidak menutup kemungkinan Anda dapat
mengembangkan apa yang sedari dulu Anda ingin mencoba melakukannya.

Kunci-kunci

Pertama, selalu melihat melalui kacamata yang berbeda, melihat jauh
ke depan, melihat seperti Tuhan ingin melihat hidup Anda yang
diberkati, bukan hanya sekadar materi atau kebebasan finansial.
Lihatlah sekelilingmu dengan rasa semangat, dan selalu menempatkan
posisi Anda di posisi orang lain dan coba rasakan perasaan mereka
sejenak, dan lakukan yang terbaik yang dapat Anda lakukan untuk
mereka. Bayangkan Anda adalah salah satu dari miliaran orang di
dunia ini, memiliki hidup yang jauh lebih baik daripada kebanyakan
orang yang saat ini tidak dapat berlangganan ataupun mampu membeli
koran, tidak dapat membaca, karena buta dari lahir atau akibat
kecelakaan.

Sesungguhnya, Anda adalah orang yang sangat berbahagia di dunia ini.
Nikmati hidup Anda sampai siapa pun yang mengenal Anda juga
merasakan ledakan kebahagiaan yang dahsyat yang Anda berikan di
setiap aktivitas Anda.

Kedua, berhentilah memikirkan masa lalu yang kelam. Jadilah orang
yang kuat! Percayakah Anda, bahwa Anda diciptakan sebagai pemenang,
bahkan lebih dari seorang pemenang! Mari kita lihat hal indah yang
mungkin sudah Anda lupakan di belakang Anda. Dari jutaan benih yang
maju untuk membuahi sang telur di dalam rahim ibu Anda bertahun-
tahun yang lalu, Andalah yang tidak mati dan memenangkan untuk hidup
menjadi manusia pada hari ini.

Tuhan ingin sekali Anda hidup di dunia ini, pastilah Ia tidak main-
main terhadap hidup Anda! Jadi saya tidak dapat berkata-kata lagi,
kalaupun dunia ini terlalu "parah" untuk dijalani, Andalah orang
yang berhasil sampai garis akhir, karena Anda terlahir sebagai
seorang pemenang di dalam hidup ini!

Jadi, bukalah mata hati Anda. Jadikan kekuatan justru di saat Anda
mengalami kesedihan, jadikan hal-hal pahit pada masa lalu, seperti
dilecehkan, dicampakkan mantan kekasih, orangtua Anda yang arogan,
orang-orang terdekat Anda, bahkan orang-orang yang baru Anda kenal,
dikhianati sahabat sendiri yang Anda sudah menaruh kepercayaan tulus
kepadanya. Dikecewakan, apa pun itu buanglah! Dan lupakanlah itu
semua.

Hal Positif

Memang hidup itu keras, tapi tidak sekeras yang Anda bayangkan jika
kita selalu mengucap syukur akan hal-hal yang terjadi baik itu buruk
maupun menyenangkan. Pikirkanlah hal-hal yang menyenangkan, dan
segera lupakan hal-hal yang membuat Anda sakit hati sendiri. Sulit
memang, tetapi itulah kunci yang kedua bagi gembok Anda.

Selanjutnya, Andalah yang tersulit untuk dilakukan, tetapi sangat
mudah diucapkan, yaitu melakukan sesuatu yang positif pada saat hal-
hal buruk datang! Sulit benar?

Selalulah berhati mulia, bukan berarti memiliki hati yang selalu
suci dan "muluk" tanpa dosa, tetapi berusahalah agar itu semua dapat
Anda lakukan. Selalulah berpikiran dan bertindak dengan positif.

Kadang bertindak positif sama seperti tindakan orang gila, seperti
legendaris penemu lampu yang pasti tidak asing lagi, Thomas Alfa
Edison. Bagi kebanyakan orang pada masa itu, dia dianggap sebagai
orang aneh, setengah tuli yang sering membuat hal-hal aneh yang
menurut mereka adalah seseorang yang "edan".

Mengapa? Karena ia melakukan hal-hal yang positif menurut hidupnya.
Ia menemukan kunci yang membuat ia bahagia dengan melakukan
eksperimen-eksperimen yang tidak banyak orang sadari akan membuat
sejarah luar biasa hebat di dunia ini.

Saya tidak bilang Anda harus menjadi "gila" yang tidak tahu
juntrungannya (asal senang saja), tetapi saya menyarankan Anda
untuk "mencoba gila" dalam arti Anda menjadikan diri Anda sebuah
aset berharga yang tidak banyak orang miliki.

Apakah Anda sudah menemukan hal-hal apa saja yang Anda cintai? Coba
nyatakan itu dengan selalu tersenyum dalam kondisi apa pun, jangan
menyerah!

Telah diselidiki seekor rajawali gunung yang akan terbang tinggi dan
semakin tinggi pada saat adanya angin badai, mengapa? Mengapa justru
rajawali tersebut terbang pada saat sedang angin badai? Mengapa
tidak menunggu saja?

Dulu saya berpikir, karena rajawali tersebut sedang kehilangan arah,
tetapi setelah saya mengetahui kebenarannya bahwa rajawali yang
terbang pada saat badai tersebut tahu ia akan menguatkan sayap-
sayapnya justru hanya pada saat angin badai yang kencang datang,
pada saat itulah rajawali tersebut akan kuat dan semakin kuat!

Jangan menunggu lagi, segera temukan kunci tersebut dan buka
gemboknya! Dobrak belenggu yang menghambat itu sampai habis ke
akarnya, segeralah secepat yang Anda bisa. Semoga.

Sumber: Jiwa yang Sehat Dobrak Belenggu oleh Raymond Ganie,
Counselor for Teens

Meningkatkan Rasa Syukur

Meningkatkan Rasa Syukur

"O Lord! that lends me life, Lend me a heart replete with
thankfulness! – Oh Tuhan yang telah memberiku kehidupan, Berikanlah
hamba hati yang penuh dengan rasa syukur!"
~ William Shakespeare (1564-1616)
Penyair, Penulis Drama, dan Seniman

Realitas yang kita hadapi memang seringkali tidak sesuai dengan
harapan. Banyak impian yang belum terwujudkan sesuai dengan
keinginan. Tekanan dan tantangan hidup kian memancing kita untuk
lebih sering mengeluh daripada bersyukur. Berikut ini kisah yang
menginspirasi agar kita meningkatkan rasa syukur.

Diceritakan tentang seorang pengemis buta. Ia memegang sebuah papan
kecil. "Saya buta, tolong bantuan!" bunyi tulisan itu. Sedihnya,
banyak orang yang sudah berlalu lalang di depannya, tetapi sangat
sedikit orang yang rela membagikan recehan mereka kepada pengemis
tersebut.

Seorang pemuda memAndang penuh iba, lalu berinisiatif mengganti
tulisan di papan tulis tersebut. Tak berselang lama, hampir semua
orang yang lewat selalu membagikan uang mereka. Sungguh dahsyat
kekuatan kalimat yang ditulis pemuda itu sehingga membuat hati banyak
orang tersentuh. "Hari ini sangat indah sekali, tapi saya tidak bisa
lihat," itulah bunyi kalimat tersebut yang penuh dengan rasa syukur.

Dari kisah tersebut saya ingin mengatakan bahwa sikap dan kata-kata
yang muncul dari hati penuh rasa syukur akan berbeda. Sikap dan kata-
kata itu akan terasa lebih indah, lebih menyentuh, dan lebih dahsyat
kekuatannya. Itulah mengapa kita perlu membiasakan diri bersyukur
kepada Tuhan YME setiap hari atas segala yang kita miliki, entah
berupa kebahagiaan, kesedihan, keberhasilan, maupun batu sandungan,
dan lain sebagainya.

Bersyukur berarti berterima kasih kepada Tuhan YME atas nikmat dan
kemurahan-Nya. Kalaupun harus menerima cobaan dalam bentuk kesulitan,
hati yang penuh rasa syukur akan berusaha memperhatikan orang yang
dalam keadaan lebih sulit atau mahkluk Tuhan YME lainnya. Pada saat
itulah kita dapat merasakan sudah mendapatkan nikmat tidak terhingga
dan merasa jauh lebih beruntung.

Contohnya cobalah Anda bandingkan kehidupan Anda sendiri dengan
kehidupan burung yang setiap pagi terbang meninggalkan sarangnya
untuk mencari makan. Hari ini burung pulang dengan perut kenyang.
Esok mungkin dia kembali dengan perut agak kenyang. Tak jarang
seharian tidak mendapatkan makanan dan kembali pulang dengan keadaan
perut kosong. Tetapi ia tidak pernah malas atau mengeluh, meskipun
kehidupannya setiap hari tidak menentu, penuh dengan tantangan bahkan
ancaman.

Bersyukur adalah cara yang paling mudah dan efektif untuk mencapai
kebahagiaan. Cobalah untuk meluangkan waktu sejenak mencatat
kenikmatan yang sudah kita rasakan hari ini. Contohnya sampai saat
ini Anda dapat bernapas dengan baik tidak sesak napas, dapat melihat
dengan jelas dan tidak kabur atau katarak, dapat melangkah dengan
baik tidak terseok-seok, dan lain sebagainya.

Di hati yang paling dalam kita pasti mampu menyadari seluruh nikmat
yang kita peroleh di setiap detak jantung kita. Hitunglah sudah ada
berapa kenikmatan dalam satu minggu ini, satu bulan, satu tahun, atau
sepanjang hidup Anda? Jumlahnya pasti sangat banyak.

Bila sudah dapat merasakan keajaiban yang mengagumkan dari setiap
detak jantung dan kesempatan yang begitu indah anugerah Tuhan YME
yang begitu besar, cobalah untuk meningkatkan rasa syukur. Hal itu
akan turut meningkatkan optimisme. Semangat kita juga akan terpacu
untuk menggunakan kesempatan yang masih kita miliki untuk melakukan
berbagai aktivitas positif, misalnya untuk meningkatkan kualitas
kesehatan, kondisi keuangan, kehidupan sosial, spiritual, pekerjaan
dan lain sebagainya.

Berusahalah untuk meningkatkan rasa syukur terhadap Tuhan YME, karena
semakin pintar mensyukuri karunia-Nya semakin mudah melawan depresi.
Hati yang penuh rasa syukur cenderung mengingat kejadian yang
menyenangkan. Orang yang selalu bersyukur juga lebih fokus terhadap
hal-hal yang positif. Sehingga mereka lebih mudah menerima dan
melakukan hal-hal yang positif dalam hidup mereka.

Sibukkan pikiran memikirkan begitu banyak kenikmatan yang telah kita
terima, dan mengagumi begitu indah anugerah Tuhan YME yang selama ini
kita nikmati. Ungkapkan rasa syukur atas semua kenikmatan yang Anda
rasakan melalui doa dan kata-kata yang baik. Aktifkan seluruh potensi
yang ada di dalam diri kita untuk melakukan aktivitas yang positif
semata-mata karena rasa terima kasih kepada Tuhan YME atas semua
kemudahan dan kenikmatan yang Anda rasakan sepanjang hari ini.

Meskipun kenyataan yang kita terima tidak sesempurna seperti yang
kita inginkan, jangan pernah mengurangi rasa syukur terhadap Tuhan
YME. Zig Ziglar mengatakan, "The more you express gratitude for what
you have, the more you will have to express gratitude for. – Semakin
Anda mengungkapkan rasa syukur atas semua yang Anda miliki, Anda
harus merasa lebih bersyukur." Semakin kita pandai mensyukuri nikmat
karunia Tuhan YME, maka kita akan semakin mudah menciptakan perubahan
luar biasa, misalnya; hidup lebih tenang, perasaan lebih peka,
penampilan lebih segar, dan menyenangkan, serta hidup lebih sukses
dan bahagia.[aho]

Sumber: Meningkatkan Rasa Syukur oleh Andrew Ho, seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.

Wasit untuk Diri Sendiri

 

Wasit untuk Diri Sendiri

"Konflik terbesar adalah bukan dengan orang lain, melainkan dengan
diri kita sendiri."
-- Garth Brooks, penyanyi country asal Amerika

MAMAD adalah orang yang sederhana. Jalan hidup dan pola pikirnya.
Namun siapa sangka di balik itu, tampak sebuah kejujuran yang luar
biasa.
Di kantornya tempat bekerja, dia ogah menggunakan hanya
selembar kertas untuk kepentingan pribadinya. Padahal tak ada yang
melihat dan mengawasi dia. Selembar kertas dari setumpuk yang
tersedia, tidak dipakai untuk keperluan dirinya. Boro-boro si Mamad
kenal dengan Mr. Brooks, yang kutipannya dipakai dalam tulisan kali
ini. Namun, Mamad dengan segala kepolosannya bisa memenangkan
pertarungan luar biasa yang dimaksudkan Brooks. Selembar kertas bisa
menjadi ajang berat bagi hati nurani Mamad. Tetapi Mamad bisa
memutuskannya dengan sempurna, kertas itu milik kantor dan dia tak
berhak menggunakannya. Hampir tak ada konflik di dalamnya, karena
Mamad sudah mendapatkan jawabnya.

Si Mamad, tokoh itu memang hanya ada dalam film karya Sjumandjaja.
Sepulang dari belajar film di Rusia, Sjumandjaja membuat film itu
dengan memasang aktor andal, Drs Purnomo alias Mang Udel. Pesan
dalam film ini mudah sekali ditangkap, sekali berhadapan dengan
segala benturan kepentingan yang berhadapan, pilihan yang benar dan
tepat haruslah yang diambil. Sekali lagi, sudah pasti sebelum
memutuskan hal itu, Mamad berkonflik dalam dirinya. Beli kertas di
luar lebih baik ketimbang mengambil sesuatu yang bukan menjadi
miliknya.

Adakah kita sudah berlaku seperti Mamad? Rasanya berat sekali dan
sudah jelas sulit untuk dilakukan. Saat berada di kantor, kita
selalu kalah. Pesawat telepon di atas meja, kita ambil lalu putar
nomor telepon seluler kawan untuk memastikan pertemuan reuni dengan
teman lainnya semasa kuliah dulu. Persis seperti Mamad. Namun
bedanya, kita kalah dengan konflik itu sendiri. Menelepon dengan
fasilitas kantor untuk keperluan pribadi, ehm, gratis sih. Tapi
apakah tindakan itu benar? Apalagi kantor sudah berbaik hati
memberikan sedikit subsidi pulsa. Tentu saja kita bisa berdalih, ah,
semua orang di kantor melakukan hal itu. Dan waktu yang
dipakai untuk menelepon itu, toh hanya sebentar. Lagi pula, nah ini
biasanya alasan yang sering muncul, kantor untung terus tapi
kenaikan gaji hanya sebesar upil, jadi boleh dong memakai telepon
kantor. Namun sekali waktu bila tagihan telepon di rumah melambung
tinggi dan ternyata pemakai pulsa itu sang pembantu atau pengasuh
anak untuk berhalo-halo dengan bedinde di luar kota, sudah jelas
meledaklah kemarahan kita. Pembantu rumah tangga yang memakai
telepon majikannya adalah salah satu contoh ketika benturan
kepentingan terjadi, sang pembantu tidak bisa menjadi wasit yang
paling adil. Semestinya, walaupun dia menguasai telepon pada masa-
masa tertentu saat kedua majikannya pergi ke kerja, dia tidak boleh
memakai telepon tersebut.

Benturan kepentingan sering kali kita temukan dalam kehidupan sehari-
hari, yang kelihatannya ringan sekalipun, bahkan kita lakukan
sendiri tanpa kita sadari. Misalnya saja kita memarkir mobil di
jalan, bukan di garasi, padahal jalan merupakan jalan umum;
menggunakan internet untuk urusan pribadi, seperti chatting,
mengirim dan menerima email, atau hanya sekedar untuk browsing; atau
menggunakan kendaraan kantor untuk urusan dugem misalnya.

Kelihatannya memang sepele. Kita bahkan menganggapnya sebagai suatu
hal yang biasa, tanpa ada rasa bersalah. Tetapi patut diingat, bahwa
hal-hal kecil seperti ini adalah awal dari dilakukannya suatu
kesalahan besar. Koruptor di negara ini, dalam melakukan tindakan
kriminalnya, tentu tidak ujug-ujug langsung melakukan korupsi. Sudah
tentu dimulai dari hal-hal kecil seperti ini. Dari kebiasaan yang
buruk dan terus dilakukan secara berulang-ulang inilah, akhirnya
mereka berani melakukan kesalahan besar.

Dalam laporannya di edisi Juni 2007, Majalah Gatra secara khusus
membeberkan adanya proyek-proyek pemerintah yang dinilai berbau
benturan kepentingan. Perusahaan-perusahaan yang menangani proyek
pemerintah tersebut dimiliki oleh pejabat atau keluarga pejabat yang
masih menjabat di Pemerintahan. Negara ini pun sesungguhnya sudah
menangani dan menindaklanjuti secara hukum beberapa kasus-kasus yang
berbau benturan kepentingan. Kasus paling hangat mengenai benturan
kepentingan ialah kasus yang menimpa PT Perusahaan Gas Negara (PGN).
Akhir 2007, Bapepam mengumumkan 9 nama orang dalam PT PGN yang
diganjar sanksi administratif berkaitan dengan kasus informasi orang
dalam (insider trading).

Tuh kan, dari hal kecil bisa menjadi kebiasaan buruk. Kita memang
dihadapkan pada keadaan yang dilematis ketika menghadapi masalah
yang terkait dengan benturan kepentingan ini. Bahkan kadang, bagai
buah simalakama, `dimakan bapak mati, gak dimakan emak yang mati.'
Bagaimana agar kita dapat mengatasi masalah bila terkait dengan
benturan kepentingan? Pertama kali, kita harus secara sadar dan
bertanggung jawab mengetahui terlebih dahulu mana kepentingan yang
merupakan wilayah publik (public domain) dan wilayah pribadi
(private domain). Setelah kita mengetahuinya, berpikirlah dengan
hati yang jernih. Dan bila kita mau berpikir ke depan, bukan untuk
kepentingan sesaat, dengan tujuan mengutamakan kemashalatan orang
banyak, maka kita dapat memutuskan kebijakan dan keputusan terbaik
agar terhindar dari adanya benturan kepentingan. Pada awalnya
mungkin sulit, tetapi bila mau dan memang harus mau, maka
selanjutnya akan mudah.

Konflik terbesar adalah bukan dengan orang lain, melainkan dengan
diri kita sendiri. Sudah menjadi hukum alam, selama kita hidup di
dunia benturan kepentingan akan selalu menyertai langkah kita.
Persoalannya, semua terserah pada kita sendiri. Larut dalam
kesenangan yang bukan menjadi hak atau meraih kemenangan dari perang
yang sesungguhnyalah yang kita raih.
Bisa? (190508)

Sumber: Wasit untuk Diri Sendiri oleh Sonny Wibisono, penulis,
tinggal di Jakarta

Selasa, 17 Maret 2009

Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree

kisah sehelai pita kuning

 

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post
menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam- malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa
temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu
saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa
menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya. Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri
suratnya dengan menulis:

Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku...

Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota.
Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun
dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku.

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat
gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya?

Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan. Kita mesti lihat apa yang akan terjadi."

Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat
kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu.

Air mata menetas di matanya. Dia tidak melihat sehelai pita kuning. Tidak ada sehelai pita kuning. Tidak ada sehelai. Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning bergantungan di pohon beringin itu.

Seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning.

Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini.

Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu
pada tahun 1973 di Amerika. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973

regards,

Febriya Fajri
Trainer & Motivator
0856-757-4843
http://www.wujudkan-mimpi.blogspot.com/