Selasa, 26 Mei 2009

Give and Receive.

Dear, Bapak Mario dan Ibu Linna yang  Anggun

Sahabat Indonesia yang super

 Mudah-mudahan email ini menjumpai anda semua dalam kesehatan yang prima dan upaya mencapai keberhasilan-keberhasilan baru yang memuliakan Anda dan keluarga tercinta

 Sahabat Indonesia yang super

Jika kita perhatikan bagaimana orang yang tadinya biasa dan diperlakukan biasa oleh orang lain lalu menjadi pribadi berhasil  cemerlang, Hal itu dimungkinkan melalui kecintaan yang  mereka wujudkan karena pelayanannya  yang menguntungkan lebih banyak orang.

 Oleh karena itu marilah kita periksa kembali kwalitas pelayanan yang telah kita layankan dan  kita coba tanyakan kembali berapa banyak orang yang merasa dan berdampak positif oleh kita,   diuntungkan atas kehadiran kita, mungkin terayomi oleh  posisi dan jabatan yang kita emban, bahkan terindahkan dalam  hubungan yang sedang dijalin yang baru seumur jagung dalam lingkup pergaulan kekeluargaan dan berkemasyarakatan ini.

 Sababat Indonesia yang super

Menurut Bapak Mario bahwa dalam melayani sesama adalah Give and Receive. Kita memberi lebih dulu kepada sesama dengan pelayanan yang kita berikan, maka sebagai dampak dari memberi maka kita pun akan menerima . MT Direct Coaching - Pribadi yang Melayani.

 Namun  kebanyakan dari kita masih berprilaku sebaliknya, inginnya terus dilayani dan masih berprinsip pada Take and Give  yakni mengambil dulu baru memberi.

 

Sahabat Indonesia yang super

Bagi pribadi yang mengupayakan kecemerlangan seperti kita ini , tentunya akan berupaya sedapat dan segigih mungkin menjadi orang untuk menjadikan Tangannya terus diatas. Dengan mengedepankan pelayanan dan kebermanfaatan yang lebih luas dengan kondisi dan dimanapun kita berada.

 

Dengan menjadikan semua pekerjaan adalah pelayanan bagi keuntungan orang lain.  Karena bagi  Pribadi yang bersungguh-sungguh dalam melayani sesamanya dengan kebaikan, maka kebaikan itu sendiri yang akan mencarikan jalan bagi keberhasilannya dalam kehidupannya.

 

Setiap dari kita dihadirkan oleh-Nya tentu ada maskud dan rencana Tuhan yang indah. Maka kita diharuskan melibatkan campur tangan Tuhan dalam setiap upaya pencapaian kecemerlangan itu. Satu nasehat Bapak Mario  yang perlu kita ingat :

 

Dan bila tugas yang kita ambil itu lebih besar dari kemampuan kita dan kemampuan dari semua orang yang bisa membantu kita – Tuhan Yang Maha Perkasa akan mengambil alih sebagian besar dari beban kita, dan menjadikan kita lebih besar dari ukuran kemanusiaan kita. (MT Discourse - Mengundang Campur Tangan Tuhan)

 

Bapak Mario dan Ibu Linna

Sahabat Indonesia yang super

Demikian sharing saya, mudah-mudahan berkenan dan bermanfaat untuk diri saya dan para sahabat

Mohon bimbingan dan arahannya , Sampai ketemu dilain kesempatan

 

Salam super

 

Muhammad, SM 0771

MTPE & MTSuper Crew | 08129598682 | Asuransi Allianz Indonesia l Employee Benefit

 

 

 

Senin, 25 Mei 2009

Doa dari Keranjang Tempe

Berikut sebuah certia singkat semoga teman-teman menyempatkan untuk membacanya ada makna indah dalam cerita berikut, semoga bermanfaat, :

Doa dari Keranjang Tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, tempat tinggal seorang ibu penjual tempe . Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lakukan sebagai menyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang.

 "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. " demikian dia selalu memaknai hidupnya.

 Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi.......deg !! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Tuhan, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, ditengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Tuhan, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..."

Dalam hati, dia yakin, Tuhan akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh.

Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Tuhan tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia.  Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Tuhan, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Tuhan, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut.

"Keajaiban Tuhan akan datang....pasti, " yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "kehendak" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Tuhan pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu.

"Pasti sekarang telah jadi tempe !" batinnya.  Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, airmata menitik di keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi?

Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.  Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan.

Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak.  Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras.  Dia merasa cobaan itu terasa berat. Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya.

"Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya.  Ibu punya??" Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Tuhan, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe ...."

Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "Jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe ...."

"Bagaimana Bu ? Apa ibu menjual tempe setengah jadi ?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Tuhan, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, Sahabat?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi ! "Alhamdulillah! " pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"

"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu ?"  

Sahabatku, ini kisah yang biasa bukan ? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa.....dan "memaksakan" agar .....Tuhan memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. Padahal, Tuhan paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencana-NYAa adalah sempurna..

 

Stay Super

 

 

MA’RIFUL ANWAR, SM 1464

MT Super Crew  | MTPE |  MTSC| 021-68897875 | AGDTangerang