Selasa, 21 Agustus 2007

Belajar dari Kegagalan

Belajar dari Kegagalan

oleh Anthony Dio Martin

"Peristiwanya tidaklah penting. Tapi, respon pada peristiwa itu
adalah segala-galanya" (I Ching).

Kegagalan menjadi teman akrab dalam kehidupan kita. Siapa yang
merasa tidak pernah mengalami kegagalan dalam hidup ini satu kali
pun? Hampir dipastikan tidak ada seorang pun.

Ada beragam sikap menghadapi kegagalan. Sering dalam menghibur kawan
yang gagal, kita melontarkan ucapan umum, seperti "kegagalan adalah
sukses yang tertunda" atau "kegagalan adalah awal kesuksesan" dan
sebagainya. Tentu saja, mantra positif itu diucapkan dengan tulus
dan menambah semangat. Namun, kalimat itu sering kita pakai lantaran
kita tidak tahu apa yang harus kita katakan. Jadi, sekadar
menghibur.

Sebenarnya, memiliki perbendaharaan dan frame positif tentang
kegagalan merupakan salah satu benteng kokoh menghadapi
serangan 'virus kegagalan' dalam hidup kita.

Sejarah mempunyai 1001 bukti. Banyak tokoh dunia sukses bukan karena
mereka tidak pernah gagal. Tetapi, bagaimana mereka merespons,
berpikir, bertindak, dan menyikapi kegagalan itulah yang justru
mengantarkan mereka pada puncak kesuksesan. Jatuh bangun adalah
proses biasa dalam meraih kesuksesan. Seperti puncak gunung tak akan
dicapai tanpa melalui jalan naik-turun nan terjal. Bahkan, belukar
dan kebuntuan jalan.

Setiap dari kita, termasuk Anda, perlu memiliki sebuah
perbendaharaan atau pun referensi yang bisa kita jadikan pegangan
saat mengalami kegagalan. Winston Churchill, misalnya, ia mengaku
doyan membaca biografi tokoh terkenal saat semangatnya sedang turun.
Buku itu membuat semangatnya bangkit. Ia merasa diteguhkan saat
dirinya lemah dan tak berdaya.

Tak heran, salah satu nukilan pidatonya yang populer Never give up
bisa jadi berasal dari penggalian inspirasi buku-buku itu. Memang,
semangat itu menular seperti layaknya kemalasan juga sering menular.
Janganlah jemu menimba energi-energi positif dari banyak hal,
termasuk dari bacaan.

Kali ini, ada referensi menarik dari Joey Green dalam tulisannya
berjudul The road to success is paved with failure. Tulisan Joey
Green ini menjadi inspirasi penting untuk menghadapi kegagalan.
Green berhasil menuliskan berbagai kisah maupun daftar orang yang
sukses secara luar biasa setelah mengalami berbagai kekalahan pahit.

Di bidang bisnis, Joey Green memberi contoh kisah Walt Disney yang
sempat saya singgung pekan lalu. Perusahaan animasi pertama Disney
pernah pailit. Tapi, Disney mampu bangkit dan betapa besar bisnis
hiburan yang ditawarkan dunia Disney sekarang ini.

Ada juga Tom Monaghan. Dalam 20 tahun usahanya, ia bangkrut dua
kali. Ia kehilangan hak kendali atas bisnisnya. Ia juga dituntut
atas pelanggaran hak cipta. Namun, belakangan bisnisnya malah
meroket dengan Domino's Pizza-nya.

Ada lagi Fred Smith, orang yang hanya mendapat C dalam salah satu
proyeknya di Yale saat menuliskan idenya tentang jasa pengiriman
semalam. Tapi, nilai itu tidak sebanding dengan Federal Express,
industri raksasa pengiriman barang yang mendunia. Padahal ide itu
pernah diacuhkan oleh gurunya.

Demikian juga perusahaan minuman Coca-Cola. Pada tahun pertama, Coca-
Cola hanya mampu menjual 400 botol. Tapi, sekarang Coca-Cola ada di
mana-mana. Bahkan, tidak ada satu daerah pun yang tidak pernah
kemasukan penetrasi Coca-Cola. Bahkan, gelombang Coca-Cola menjadi
simbol nyata globalisasi yang sedang berlangsung.

Alami penolakan

Sementara itu, Chester Carlson mencoba temuannya ke sekitar 20
perusahaan pada tahun 1940-an. Setelah bertahun-tahun mengalami
penolakan, ia berhasil meyakinkan Haloid, perusahaan kecil di
Rochester.

Haloid kemudian menjadi salah satu perusahaan raksasa untuk mesin
fotokopi elektrostatik bernama XEROX Corporation. Ada lagi Henry
Ford. Dalam tiga tahun pertama membangun bisnisnya di bidang
otomotif, Ford bangkrut dua kali. Namun, kegigihannya membuatnya
dikenal dengan simbol mobil-mobil mewah bergengsi.

Selain di bidang bisnis, Joey Green memberi contoh di bidang
kesusastraan, perfilman, olah raga, dan nyanyian. Sebut saja Elvis
Presley. Gurunya pernah memberinya nilai C dengan nada menghina saat
ia duduk di L.C. Humes High School di Memphis.

Guru itu mencap dirinya sama sekali tidak bisa bernyanyi. Tapi, kini
Elvis Presley menjadi penyanyi legendaris. Ada Michael Jordan yang
pernah ditolak saat mau bergabung dengan klub basket sekolahnya.
Tapi, Jordan pun jadi ikon bola basket legendaris.

Beatles juga pernah ditolak pada 1962 oleh dapur rekaman Decca, Pey,
Philips, Columbia, dan HMV Labels. Juga Sigmun Freud yang buku
karyanya hanya laku 600 buah dengan hanya mengantongi royalti
US$250. Tapi, Freud dikenang sebagai Bapak Psikologi ternama.

Aktor Sylvester Stallone semasa kecil pernah dikeluarkan dari 13
sekolah dalam rentang 11 tahun. Profesornya di Universitas Miami
mengolok-olok dirinya tidak berbakat akting. Ia juga manjadi bahan
tertawaan saat memainkan peran di film Dog Day Afternoon, Serpico,
dan The GodFather. Naskah filmnya Rocky ditolak oleh nyaris semua
perusahaan. Tapi, sebuah perusahaan menerimanya dengan syarat
Stallone tidak boleh main di dalamnya.

Ada lagi Rudyard Kipling. Ia pernah menulis cerita dan
mengirimkannya ke sebuah surat kabar di California pada 1888. Tapi,
sang editor menolak. "Maaf Mr. Kipling. Anda tampaknya tidak tahu
bagaimana menggunakan bahasa Inggris dengan baik," kata editor itu.
Belakangan, ia merupakan salah satu peraih nobel di bidang sastra
pada 1907.

Nah, masih banyak contoh lainnya. Anda pun bisa melihat sendiri
orang-orang serupa di sekitar Anda. Ada satu benang merah yang
menarik. Saat Anda mengalami kegagalan, jangan kalang kabut. Jangan
biarkan energi Anda habis terkuras hanya karena terbekap kegagalan.

Sungguh sangat arogan jika kita selalu berharap semua berjalan mulus
tanpa kendala. Ambillah medali kemenangan dari setiap kegagalan yang
kita alami. Kita tidak mungkin sukses tanpa memiliki keberanian
untuk gagal.

Lihatlah mereka yang sukses itu. Mereka melewati berbagai tantangan
dan kesulitan dengan jiwa besar. Kegagalan paling buruk adalah
mereka yang mencoba, lalu kalah dan menyerah. Dag Hammarskjold
pernah bilang, jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum
Anda mencapai puncaknya. Karena, Anda kemudian akan melihat betapa
rendahnya gunung itu. Tak ada kata menyerah!

Sumber: Belajar dari kegagalan oleh Anthony Dio Martin

Tidak ada komentar: