Kamis, 09 Agustus 2007

Arti Sebuah Nasehat

Arti Sebuah Nasehat


Oleh Dr Iken Lubis

 

Mungkin kita sudah sering mendengar ungkapan “Hemat pangkal kaya” … atau “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit” … Sadarkah kita bahwa sudah sejak sedari kecil kita sangat akrab dengan penggalan kata-kata yang berisi pesan agar kita hidup berhemat. Sampai-sampai kita “diiming-imingi” akan menjadi kaya jika kita berhemat. Namun, apakah hal ini benar ? Apakah sesederhana itu untuk menjadi kaya ? Paling tidak itulah titik mula nya. Saya sependapat dengan hal tersebut. Sayangnya, sebagian besar dari orangtua zaman dahulu lebih gemar memberikan nasehat tanpa memberikan contoh. Bak kata orang sekarang … lebih banyak teori dibandingkan praktiknya. Kenapa saya tega berpikiran seperti itu ? Tidak lepas dari kenyataan bahwa semakin banyak orang kikir didunia ini. Dengan mengatasnamakan “berhemat” tanpa disadari nya, mereka telah menumbuhkan sifat kikir. Inilah yang sangat dikhawatirkan. Nasehat yang begitu bagus ternyata telah di manfaatkan oleh orang-orang picik untuk menghalalkan sifat kekikiran mereka.

 

Rekan, saya rasa cukup menarik kalau kita telaah kembali nasehat-nasehat para leluhur yang telah diturunkan kepada generasi demi generasi selama berabad-abad. Sekali lagi, sangat disayangkan bahwa nasehat-nasehat tersebut kurang lengkap dijabarkan dan didokumentasikan. Sebagai contoh, disebuah pulau kecil di propinsi Nangroe Aceh Darussalam, tak satupun nyawa melayang tatkala Tsunami datang menghantam. Rahasianya ? Secara turun temurun, orang-orang tua disana selalu berpesan kepada generasi berikutnya : ”Seandainya Kau rasakan bumi bergetar dan air laut surut secara tiba-tiba, berlarilah Kau secepat mungkin keatas bukit. Jangan Kau berhenti walau sekejap ...”, begitulah kira-kira pesan yang disampaikan. Sebelum bencana Tsunami datang, tidak satupun dari penduduk pulau yang mengerti maksud dari nasehat usang tersebut. Kenapa ? Tidak pernah dijelaskan ! Namun syukurlah kejadiannya bertolak belakang dengan contoh pertama diatas. Kali ini, nasehat yang diberikan diamalkan dengan sebenarnya. Walau tanpa dimengerti sedikitpun.

 

Rekan, apa yang ingin saya sampaikan adalah seringkali kita memberikan nasehat dan atau arahan kepada orang lain namun kita sendiri tidak pernah memberikan wejangan bagaimana caranya untuk dapat mencapai tujuan dengan selamat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jenderal George Patton : “Jika Anda meminta orang untuk mencapai suatu prestasi, namun Anda tidak memberikan arahan bagaimana mencapainya, Anda akan terkejut dengan hasil yang diperoleh oleh mereka”. Ya ... intepretasi orang bisa berbeda dari yang kita maksud jika kita tidak memberikan wejangan yang benar. Untuk itulah, kita harus memberikan ”rambu-rambu” terhadap nasehat / arahan yang kita berikan. Tutup setiap celah yang memungkinkan orang mengintepretasikan nasehat / arahan tersebut dengan hal yang bertolak belakang.

 

Seorang sahabat beberapa waktu lalu datang kepada saya. Dia bertanya kenapa saya senang memberikan nasehat kepada rekan-rekan saya. Saya menjawab singkat : “Agama saya mengajarkan saya untuk saling bernasehat kepada sesama manusia“. Lalu saya sampaikan kepada sahabat tersebut apa yang pernah di tuliskan oleh Jim Rohn : “Belajarlah untuk menolong orang bukan hanya dalam hal pekerjaannya; tolonglah mereka dalam menjalani kehidupan mereka“. Lalu sahabat tersebut bertanya kembali mengapa saya selalu mengambil contoh dari kehidupan saya dan lingkungan saya. Sambil tersenyum saya katakan : “Bukankah lebih baik mencontohkan diri kita sendiri dibanding orang lain yang mungkin saja tersinggung dengan tindakan kita ?“ Saya meneruskan dengan kata-kata Jim Rohn : Ada 3 hal yang akan Anda tinggalkan: foto-foto Anda, buku-buku Anda dan catatan pribadi Anda. Ketiga hal tersebut akan jauh lebih berharga bagi generasi mendatang daripada perabotan rumahmu.“

 

Rekan, memberikan nasehat / wejangan adalah baik. Tentunya akan hal-hal yang positif. Permasalahannya adalah seringkali kita merasa terlalu hijau untuk memberikan nasehat. Tidak ada kata tua atau muda dalam memberikan nasehat. Yang penting adalah perhatikan dengan seksama akan materi nasehat yang kita berikan. Apakah akan mengundang kebaikan atau justru akan membenamkan orang dalam kegelapan hidup ..( 29.10.06)

 

 

Tidak ada komentar: