Kamis, 09 Agustus 2007

Upaya Pengendalian Diri

Upaya Pengendalian Diri

 

Oleh: Dr Iken Lubis

 

Rekan, Saint Evremond pernah menuturkan : ”Seseorang yang mengetahui bagaimana mencampur kesenangan dengan bisnis sebenarnya tidaklah memiliki keduanya ... dan didalam pemanfaatannya, dia lebih suka menemukan relaksasi ...”.

 

Rekan, Masih segar diingatan kita perihal kejadian beberapa hari lalu. Seorang artis cantik yang tergolong masih muda, meninggal dunia dengan cara yang sangat diluar kewajaran dan kepatutan. Mengapa ??? Banyak orang coba berkomentar. Ada yang memang bermaksud untuk mengkaji permasalahannya, namun banyak juga yang menjadikan kasus ini sebagai ajang mencari popularitas. Sama kejadiannya dengan berita perihal seorang Da’i kondang yang memutuskan berpoligami. Sepertinya kejadian-kejadian di seputar kita sangat mudah dijadikan komoditi untuk mencari popularitas semu. Tanpa ingin mendiskreditkan pihak manapun apalagi ingin memanfaatkan situasi demi popularitas semu, saya ingin mengajak kita semua untuk sejenak merenungkan kejadian-kejadian aktual diseputar kita.

 

Kata-kata Saint Evremond diatas sudah sangat akrab dengan para pebisnis ulung. Bahkan berdasarkan pernyataan tersebut, mereka membuat semboyan : ”Don’t mixed business with pleasure ..., You won’t get anything”. Kalau kita menganalisa perjalanan karir sang Artis diatas, pasti kita semua sepakat bahwa Beliau sudah mengenyam sukses, yang bagi sementara orang masih harus mengucurkan berpuluh bahkan ratus liter peluh untuk terus mengejarnya, dalam usia yang tergolong dini. Uang yang berlimpah serta popularitas yang hinggap hingga ke mancanegara akrab menemaninya sejak belia usia. Mungkin ada satu hal yang dilupakan pada saat itu … PENGENDALIAN DIRI … Usia se belia itu tentunya masih belum bisa mengendalikan diri. Sebut saja Paul Gascoigne, pesepakbola ulung dari Inggris, atau Malik Abdul Aziz (Mike Tyson), petinju Amerika Serikat, nasib mereka sama. Uang dan popularitas di usia yang sangat muda telah menyeret dan menjerumuskan mereka ke jurang kehancuran. Penyebabnya ??? Ya ... mereka tidak dapat mengatasi dorongan hawa nafsu mereka ...

 

Rekan, jika kita telaah, apa lagi yang kurang dari Artis kita itu ? Harta ... jelas tidak, popularitas ... jelas tidak, lalu apa ??? Apakah kebahagiaan ??? Saya rasa juga tidak ... Lalu apa ??? Apakah hanya lantaran hawa nafsu untuk mencoba sesuatu yang terlarang yang akhirnya menjerumuskannya ke lembah kelam ??? Mungkin !!! Sangat mungkin !!! Dengan uang yang ada, saya rasa tidak ada masalah untuk membeli barang haram yang memang harganya selangit. Memang banyak teori yang beredar. Ada yang mengatakan kasus tersebut adalah murni kasus pembunuhan terencana akibat Beliau ingin meninggalkan atau keluar dari lembah kelam yang selama ini mengukungnya. Sedangkan para kroninya tidak ikhlas Beliau kembali ke jalan yang lurus. Tapi tidak sedikit pula yang menuding bahwa memang kasus itu terjadi karena Beliau sedang ”apes” akibat terlalu berlebihan menggunakan ”Jarum Neraka” ... hanya Tuhan yang tahu.

 

Rekan, saya tidak bermaksud untuk memperdebatkan penyebab kematian Beliau. Yang ingin saya tekankan disini adalah masalah PENGENDALIAN DIRI. Seharusnya orang sekitarnya lah, yang dalam hal ini keluarga terdekatnya, yang seharusnya membimbing Beliau dalam hal pengendalian diri sewaktu uang dan popularitas mulai datang bertamu.

Lao-Tsu dalam suatu kesempatan berkata kepada murid-muridnya : ”Seseorang yang mengendalikan orang lain mungkin saja berkuasa, namun seseorang yang mengendalikan dirinya sendiri jelas lebih berkuasa ... ”. Ya ... itulah sesungguhnya kekuasaan ...

 

Rekan, dalam kasus-kasus penyalahgunaan “MIRASANTIKA” (minuman keras dan narkotika) masyarakan selalu menganggap bahwa itu semua terjadi karena ada masalah. Baik masalah dilingkungan keluarga, rumah, sekolah atau percintaan. Apakah dalam kasus artis kita ini juga demikian ? Rekan, memang sejak dini kita disuguhi oleh nasehat-nasehat yang sebenarnya ”merusak” mental kita. Lho kok begitu ??? Ya ... semisalnya, sebagian orangtua selalu melarang anaknya main di tanah ... nanti cacingan, katanya. Sebagian dari orangtua juga melarang anaknya untuk ”pacaran”, alasannya klasik ... takut studi terganggu. Dan sebagainya – dan sebagainya ... Mungkin inilah yang menyebabkan anak muda sekarang lebih suka berpaling dari masalah daripada tegar menghadapinya dan mencoba mencari jalan keluarnya sendiri. Tanpa kita sadari, lagu pun ikut andil dalam hal ini. Sebagaimana sepotong syair dalam sebuah lagu yang sangat populer pada tahun 80 an : ”Jangan kau dekati mawar yang sedang berduri ... Jangan ... kan tertusuk nanti ...”. Coba bayangkan ... bunga mawar yang indah merekah dan semerbak wanginya harus kita jauhi hanya karena takut tertusuk ? Apakah kekhawatiran akan tertusuk duri harus menyebabkan kita ikhlas menjauhi sesuatu yang harusnya kita nikmati ???

 

Bertentangan dengan lagu tersebut, William S. Halsey justru berkata : ”Semua permasalahan menjadi lebih ringan apabila Anda menghadapinya daripada memperturutkannya. Jangan ragu menyentuh tanaman berduri karena Anda akan tertusuk; justru genggamlah ia dengan kuat, maka ia pun akan luluh”.

Rekan, terkadang kita harus berkorban demi penyelesaian masalah. Jangan pernah kita lari darinya. Masalah tidak akan pernah hilang dengan sendirinya. Kita harus berani menghadapinya.

Kalaulah memang kejadian yang menimpa Artis kita diatas adalah akibat pelarian dari sebuah masalah, begitu besar harga yang harus dibayar olehnya dan juga keluarga serta rekan-rekannya yang ditinggalkan. Apakah hal itu sebanding ???

 

Rekan, kesimpulan dari renungan kali ini adalah ”Kita harus bisa mengendalikan diri dan berani berhadapan dengan masalah yang datang menantang”. Tuhan tidak akan memberikan cobaan, baik yang berupa uang yang berlimpah, popularitas yang menjulang tinggi maupun masalah demi masalah yang kerap datang berkunjung, jika memang kita tidak bisa mengendalikannya. Jika Tuhan yakin kita bisa mengendalikannya, mengapa kita berani-beraninya berpikir sebaliknya ??? Apakah kita sudah meragukan keyakinan Yang Maha Kuasa ??? (15.12.06)

 

Tidak ada komentar: